Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Inflasi Argentina Tembus 100 Persen Untuk Pertama Kalinya Sejak 1991

CPI naik 6,6 persen antara Januari dan Februari, serta 13,1 persen dalam dua bulan pertama tahun ini jika digabungkan, tambah INDEC.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Inflasi Argentina Tembus 100 Persen Untuk Pertama Kalinya Sejak 1991
TOMAS CUESTA / AFP
Ilustrasi Argentina 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BUENOS AIRES - Tingkat inflasi tahunan Argentina naik melewati 100 persen untuk pertama kalinya dalam tiga dekade terakhir, di tengah upaya pemerintah negara itu untuk untuk mengendalikan kenaikan harga.

Dikutip dari CNN, indeks harga konsumen (CPI) naik 102,5 persen pada Februari dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, menurut data yang dirilis badan statistik Argentina INDEC. Angka tersebut menempatkan tingkat inflasi Argentina di antara yang tertinggi di dunia.

CPI naik 6,6 persen antara Januari dan Februari, serta 13,1 persen dalam dua bulan pertama tahun ini jika digabungkan, tambah INDEC.

Baca juga: Inflasi Ritel India Menyusut pada Februari 2023, Memperkuat Kemungkinan Kenaikan Suku Bunga Acuan

Harga makanan dan minuman yang menjadi kategori terbesar dalam indeks inflasi Argentina, mencatat kenaikan 9,8 persen pada Februari, diikuti oleh IT dan komunikasi (7,8 persen) dan perhotelan (7,5 persen).

Secara khusus, harga daging sapi, makanan pokok dan kebanggaan warga Argentina, melonjak sebanyak 35 persen di wilayah metropolitan Buenos Aires pada bulan lalu, menurut data itu.

Argentina telah terpukul oleh inflasi yang meroket dan Februari menjadi bulan ke-13 di mana negara Amerika Selatan itu melaporkan tingkat inflasi bulanan di atas 4 persen.

Berita Rekomendasi

Untuk memerangi kenaikan harga dan depresiasi peso Argentina, pemerintah Presiden Alberto Fernandez telah mensubsidi serangkaian nilai tukar mata uang asing yang dilindungi yang didedikasikan untuk sektor ekonomi tertentu, dan secara efektif membuat peso menjadi lebih murah bagi bisnis tertentu untuk membeli dolar di pasar valuta asing.

“Kebijakan fiskal dan moneter yang longgar sebagian besar berada di belakang kenaikan inflasi Argentina di atas 100 persen, meskipun ada upaya untuk menjinakkannya dengan kontrol harga dan mata uang yang kuat secara tidak realistis," kata ekonom untuk Brasil dan Argentina, Adriana Dupita, dikutip dari Bloomberg.

Inflasi menjadi pusat perhatian dalam pemilihan presiden Argentina tahun ini, menantang kedua partai politik teratas untuk memikat para pemilih setelah mereka gagal menstabilkan ekonomi yang rawan krisis.

Baca juga: Harga Pangan Melonjak, Inflasi Inggris Ikut Terdongkrak ke Rekor Tertinggi Mencapai 17,1 Persen

Tetapi pada saat yang sama, jajak pendapat menunjukkan inflasi menjadi perhatian utama para pemilih, mengalahkan dampak positif dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi baru-baru ini atau tingkat pengangguran yang lebih rendah dalam dua tahun terakhir.

Di luar politik, inflasi yang melanda Argentina telah memusnahkan kenaikan upah dalam perekonomian, dengan hampir 40 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan.

Baik pendekatan ramah bisnis yang diambil oleh pemerintahan mantan presiden Mauricio Macri maupun labirin kontrol mata uang dan pembekuan harga yang diluncurkan di bawah pemerintahan Fernandez tidak berhasil mengendalikan inflasi.

Ditambah dengan kekeringan tanaman yang memburuk dengan cepat, percepatan inflasi diperkirakan akan mendorong Argentina lebih dalam ke jurang resesi. Analis sekarang melihat ekonomi Argentina berkontraksi 3 persen pada 2023 setelah pemerintah memproyeksikan pertumbuhan 2 persen dalam anggarannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas