Profil Silicon Valley Bank yang Bangkrut dan Mengguncang Perbankan Global
Silicon Valley Bank menghadapi krisis modal akibat sikap agresif The Fed dalam menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi Amerika Serikat yang meroket
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Silicon Valley Bank (SVB) menghadapi kebangkrutan dan memicu kepanikan perusahaan teknologi di Amerika Serikat dan mengguncang industri perbankan global.
Otoritas berwenang Amerika Serikat menutup operasi SVB pada Jumat pekan lalu (10/3/2023). Kebangkrutan bank yang menjadi andalan perusahaan rintisan atau startup ini merupakan kegagalan bank terbesar di AS sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade yang lalu.
Dalam sepekan terakhir, terdapat sejumlah bank di AS yang mulai mengalami efek riak dari kebangkrutan SVB, seperti layanan keuangan yang berbasis di New York Signature Bank pada akhir pekan kemarin resmi diambil alih oleh Lembaga penjamin simpanan AS atau Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).
Keruntuhan SVB, yang menjadi pemain kunci bagi komunitas teknologi dan modal ventura, membuat banyak orang khawatir perekonomian dunia semakin dihantui ancaman krisis. Berikut ini profil mengenai Silicon Valley Bank yang sekarang kepemilikannya dikelola oleh FDIC.
Awal Mula Berdiri
Silicon Valley Bank didirikan oleh mantan manajer Bank of America Bill Biggerstaff dan Robert Medearis pada 1983. Beroperasi hampir 40 tahun, bank ini tentu bukan pemain baru di sektor layanan keuangan Amerika Serikat.
Saat mendirikan SVB, Biggerstaff dan Medearis berfokus untuk melayani perusahaan pemula seperti startup di sektor teknologi.
Keduanya lantas mempekerjakan Roger V. Smith, yang sebelumnya mengepalai unit pemberi pinjaman berteknologi tinggi di Wells Fargo, untuk menjadi CEO dan presiden pertama bank tersebut.
SVB resmi diluncurkan pada 17 Oktober 1983, sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Silicon Valley Bancshares (sekarang SVB Financial Group) dengan 100 investor awal.
Baca juga: JPMorgan Kebanjiran Nasabah Baru Pasca Kolapsnya Silicon Valley Bank
Kantor pertama bank ini berada di North First Street di San Jose, California.
Strategi utamanya adalah mengumpulkan simpanan dari bisnis yang dibiayai melalui modal ventura, yang akhirnya berkembang menjadi pemodal ventura perbankan dan pembiayaan, menambahkan layanan untuk memungkinkan bank mempertahankan kliennya yang telah keluar dari fase startup mereka.
Awalnya, para pendiri startup yang mencari pinjaman dari bank harus menjaminkan sekitar setengah dari saham mereka sebagai jaminan, namun tarif tersebut kemudian turun menjadi sekitar tujuh persen.
Baca juga: Guncang Industri Perbankan Global, Begini Kronologi Bangkrutnya Silicon Valley Bank
SVB menutupi kerugian dengan menjual saham kepada investor yang tertarik. Akhirnya, menjadi hal umum bagi perusahaan modal ventura untuk mewajibkan perusahaan rintisan membuat rekening bank di Silicon Valley Bank secara khusus.
Selain itu, SVB memprioritaskan perusahaan rintisan yang menerima pendanaan dari perusahaan modal ventura papan atas, seperti Sequoia Capital, New Enterprise Associates, atau Kleiner Perkins, sebagai cara untuk mengurangi risiko.
SVB mengakuisisi National InterCity Bank of Santa Clara pada 1986 dan membuka kantor pertamanya di Pantai Timur, dekat kota Boston, pada 1990.
Di bawah kepemimpinan Smith, SVB melakukan diversifikasi ke bisnis pinjaman real estat berisiko tinggi, yang mencapai 50 persen dari portofolionya pada awal 1990-an.
Bank ini menjuluki dirinya sebagai “The financial partner of the innovation economy”, karena membantu keuangan startup untuk bisa tumbuh dan berkembang.
Selain untuk perusahaan rintisan, SVB juga menyediakan layanan keuangan dengan wilayah operasi secara global untuk para investor dan perusahaan sektor privat maupun publik.
Sebelum ditutup, SVB pernah masuk dalam 20 bank komersial terbesar di Amerika serikat pada 2022, berdasarkan data dari FDIC.
Kategori ini didapatnya karena total aset yang dimiliki SVB. Menurut FDIC, per akhir Desember 2022, Silicon Valley Bank memiliki total aset sekitar 209 miliar dollar AS dan total simpanan 175 miliar dollar AS.
Bank ini berhasil membuka sebanyak 15 kantor baru sejak 1996 dan memiliki 29 kantor internasional di beberapa negara.
Keruntuhan SVB
Silicon Valley Bank menghadapi krisis modal akibat sikap agresif Federal Reserve AS (The Fed) dalam menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi Amerika Serikat (AS) yang meroket.
Sebelumnya, The Fed memberlakukan kebijakan suku bunga nol persen selama pandemi Covid-19.
Kebijakan tersebut dilakukan guna meningkatkan aktivitas belanja masyarakat sehingga menguntungkan pelaku bisnis atau perusahaan. Tidak terkecuali perusahaan di sektor teknologi.
Banyak perusahaan teknologi akhirnya menyimpan dana di SVB. Hal ini berakibat nilai deposito atau simpanan di SVB meningkat, mendorong bank untuk melakukan investasi besar-besaran, terutama di obligasi jangka panjang.
Namun, The Fed menaikkan suku bunga secara bertahap dalam setahun terakhir untuk menekan inflasi AS berada di kisaran dua persen.
Imbas kenaikan suku bunga ini, harga atau nilai obligasi SVB serta bank-bank lain terkikis.
Selain itu, suku bunga yang naik menyebabkan aktivitas belanja menurun sehingga pemodal ventura berhenti memberikan pendanaan ke perusahaan teknologi.
Akibatnya, perusahaan teknologi berlomba-lomba menarik deposito yang mereka simpan di SVB guna membayar biaya operasional.
Sayangnya, SVB tidak memiliki cukup uang tunai untuk memenuhi kebutuhan itu lantaran telah digunakan untuk investasi dalam obligasi jangka panjang. Bank ini akhirnya mulai menjual obligasi mereka senilai 21 miliar dolar AS.
SVB harus menanggung kerugian setelah pajak sebesar 1,8 miliar dolar AS usai penjualan obligasi tersebut. Bank itu kemudian berencana menjual saham baru senilai 2,25 miliar dolar AS guna menanggulangi kerugian.
Pengumuman penjualan saham senilai 1,75 miliar dolar AS diumumkan pada 8 Maret 2023. Sehari berikutnya, SVB mencoba meyakinkan nasabah jika uang mereka aman setelah aksi jual obligasi dan saham untuk meningkatkan modal.
Meski begitu, pernyataan SVB tidak dapat mengurangi kekhawatiran nasabah dan memicu bank run atau penarikan dana besar-besaran dalam waktu cepat oleh nasabah.
Imbas aksi bank run yang dilakukan nasabah, saham SVB jatuh lebih dari 60 persen hanya dalam kurun waktu 48 jam. Kolapsnya SVB menjadi tanda peringatan ekonomi AS berada di dalam bahaya.
Perusahaan-Perusahaan yang Simpan Dana di SVB
Keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) telah mengguncang pasar global dan menyebabkan simpanan serta aset miliaran dollar AS milik perusahaan dan investor terlantar.
Produsen perangkat streaming, Roku Inc, mengungkapkan sekitar 487 juta dolar AS dari 1,9 miliar dolar AS dana simpanan perusahaan berada di Silicon Valley Bank. Roku mengaku sebagian besar simpanannya di bank itu tidak diasuransikan.
“Simpanan perusahaan dengan SVB sebagian besar tidak diasuransikan. Saat ini, perusahaan tidak tahu sejauh mana perusahaan dapat memulihkan kas yang disimpan di SVB," kata Roku Inc., dikutip dari CNN.
Namun, Roku mengatakan memiliki cukup kas dan arus kas dari operasi untuk "memenuhi modal kerja, belanja modal, dan kebutuhan kas material dari kewajiban kontraktual yang diketahui selama 12 bulan ke depan dan seterusnya."
Pembuat gim video Roblox mengatakan dalam pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC), sekitar 5 persen dari 3 miliar dolar AS uang tunai telah disimpan di SVB.
Meski begitu, perusahaan itu mengatakan keruntuhan SVB tidak akan mempengaruhi operasi bisnisnya.
Baca juga: FDIC Akan Kembali Lelang Silicon Valley Bank
Perusahaan advertising technology (Adtech) AcuityAds Holdings yang berbasis di Toronto, Kanada, memiliki uang tunai sebesar 55 juta dolar AS yang disimpan di SVB, dan hanya 4,8 juta dolar AS dana yang disimpan di tempat lain.
Itu berarti lebih dari 90 persen dana simpanan perusahaan disimpan di SVB.
Pemberi pinjaman kripto, BlockFi, yang mengajukan kebangkrutan pada November lalu, mengungkapkan pihaknya memiliki 227 juta dolar AS dana di SVB.
Uang BlockFi di SVB tidak diasuransikan oleh FDIC karena berada di reksa dana pasar uang, berdasarkan keterangan wali amanatnya pada awal pekan ini.
Sedangkan Rocket Lab, perusahaan yang mengoperasikan roket orbital ringan Electron dan menyediakan peluncuran khusus untuk satelit kecil, melaporkan hampir 8 persen atau sekitar 38 juta dolar AS dari total kasnya berada di SVB, katanya dalam pengajuan ke SEC.