Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Miliki Potensi 23,7 GW, Pengembangan Energi Baru Terbarukan Melalui PLTP Mulai Digenjot

PGE menyambut pengembangan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Potensi bisnis ini dinilai besar karena Indonesia memiliki sumber daya melimpah.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
zoom-in Miliki Potensi 23,7 GW, Pengembangan Energi Baru Terbarukan Melalui PLTP Mulai Digenjot
Istimewa
Pembangkit Tenaga Panas Bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menyambut pengembangan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Potensi bisnis ini dinilai besar karena Indonesia memiliki sumber daya melimpah.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi panas bumi di Tanah Air mencapai 23,7 GW.

Dengan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 2.276 MW, pemanfaatan panas bumi di Indonesia juga menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Baca juga: PGE dan Tepco HD Lakukan Studi Bersama Pengembangan Hidrogen Hijau

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, optimistis unit usaha PT Pertamina ini bisa besar di industri panas bumi.

"Saya kira prospek bisnis yang dimiliki PGE cukup baik meskipun high risk dan high capital, tapi prospek bisnis EBT ke depan tinggi dan minat investor tinggi. Jadi prospeknya cerah ke depan," kata Eddy ditulis Senin (20/3/2023).

Eddy Soeparno mengakui, proyek PLTP yang digarap PGE memang butuh modal besar.

Total investasi yang disiapkan perusahaan sebesar USD 1,6 miliar dalam lima tahun ke depan atau hingga 2027. Nilai ini setara Rp 24,2 triliun (kurs Rp 15.133 per dolar AS).

Tercatat, PGE telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema IPO dan telah meraup dana sekitar Rp 9 triliun pada Februari 2023.

Baca juga: Saham PGE Bergerak Fluktuatif di Hari Pertama Perdagangan Pasca IPO

Berita Rekomendasi

"Dengan IPO ini, sebagian besar untuk modal awal proyek, bisa dilaksanakan. Tinggal bagaimana PGE dan mitra bisa menjalankannya, baik (mitra) nasional atau swasta asing. Melihat tingginya minat EBT, saya kira PGE enggak akan kesulitan dapat partner, sehingga bank akan tertarik membiayai proyek PGE ke depannya," ujar Eddy Soeparno.

Sementara itu, Corporate Secretary PGE, Muhammad Baron, perusahaan berambisi untuk meningkatkan kapasitas listrik sebanyak 600 MW dalam 5 tahun ke depan.

Dana yang diperoleh dari IPO dialokasikan untuk pengembangan usaha sebesar 85 persen dan sekitar 15 persen akan digunakan untuk pembayaran sebagian utang.

Karena itu, menurutnya, fundamental keuangan perusahaan kuat buat menjalankan proyek pengembangan listrik EBT.

"Pendanaan dari pasar modal melalui IPO diharapkan dapat mendukung percepatan pengembangan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi," kata Muhammad Baron.

Salah satu yang telah dilakukan adalah rencana penambahan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 55 MW di salah satu area operasi PGE di Lumut Balai, Sumatera Selatan, yang ditarget dapat selesai di tahun 2024.

Per September 2022, PGEO memiliki nilai kas dan setara kas sebesar 230 juta dolar AS yang bertambah sekitar 105 juta dolar AS dari saldo kas per 31 Des 2021. Hal ini menunjukkan PGEO mampu mengelola kas secara baik yang utamanya didapat dari penjualan uap dan listrik ke PLN.

Kontrak penjualan uap dan listrik PGEO merupakan kontrak yang bersifat jangka panjang dan selalu terbayarkan secara tepat waktu.

"Dengan tambahan dana segar IPO, PGEO masih memiliki arus kas yang cukup kuat dan mampu mengatasi kewajiban bayar utang secara tepat waktu," ujar Baron.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas