Penguatan Rupiah Ditopang Pembelian SBN Rp 40 Triliun oleh Asing Sejak Awal 2023
Permintaan terhadap dolar AS banyak dipengaruhi kegiatan ekspor-impor, jika aktivtas ekspor meningkat akan dorong suplai dolar AS di pasar uang.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, suplai dan permintaan dolar Amerika Serikat (AS) di Tanah Air banyak dipengaruhi kegiatan ekspor-impor.
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan, jika aktivtas ekspor meningkat akan dorong suplai dolar AS di pasar uang Indonesia.
Kemudian, terkati portofolio investasi, kalau semakin banyak investor asing atau non residen tertarik membeli Surat Berharga Negara (SBN) dan saham di tanah air, tentu saat yang sama ada tambahan suplai dolar AS.
"Ini membuat dan memengaruhi pergerakan rupihah kita yang cenderung menguat. Sebagai informasi, sampai 17 Maret itu net inflow pembelian asing di SBN sudah sekira Rp 40 triliun," ujarnya dalam sesi pelatihan wartawan di Yogyakarta, ditulis Senin (20/3/2023).
Denny menjelaskan, penguatan rupiah hingga level Rp 15.300-an imbas derasnya aliran modal asing masuk SBN menjadi yang terbaik di antara negara berkembang.
"Angka Rp 40 triliun ini secara tahun berjalan lebih baik dibanding 2020, 2021, dan 2022. Di tahun 2023 itu tahun tertinggi net inlflow sampai 17 maret 2022, ini juga mengakibatkan rupiah kita termasuk yang perform di antara negara berkembang Asia," katanya.
Baca juga: Penguatan Rupiah Sepekan Ini Tembus yang Tertinggi Sejak 2020
BI mencatat, mata uang terkuat yang pertama adalah Filipina peso menguat 1,85 persen secara tahun berjalan terhadap dolar AS.
"Kemudian, Indonesia rupiah menguat 1,45 persen. Disusul Thailand baht 1,33 persen, ini secara tahun berjalan, akhir tahun 2022 dibanding tanggal 17 Maret 2023," pungkasnya.