Harga Telur Ayam Semakin Mahal Jelang Ramadan, Tembus Rp41 Ribu per Kg, Ini Penyebabnya
Provinsi dengan harga telur ayam ras termahal adalah Kalimantan Utara, harganya mencapai Rp 41.250 per kilogram.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan atau menjadi mahal menjelang Ramadan 2023, satu di antaranya komoditas telur ayam.
Mengutip data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP Kemendag) pada Selasa (21/3/2023), harga nasional telur ayam ras naik 1,35 persen. Kini, per kilogramnya rata-rata dibanderol sebesar Rp 30 ribu.
Provinsi dengan harga telur ayam ras termahal adalah Kalimantan Utara, harganya mencapai Rp 41.250 per kilogram setelah mengalami kenaikan signifikan sebesar 11,49 persen.
Baca juga: Harga Telur Naik Gara-gara Biaya Pupuk Mahal
Harga telur ayam ras termurah ada di Aceh. Di provinsi tersebut, per kilogramnya dibanderol Rp 26.417. Namun demikian, harga ini baru saja mengalami kenaikan sebesar 1,34 persen.
Sedangkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat, harga rata-rata telur ayam ras dari semua provinsi juga sebesar Rp 30 ribu setelah naik 1,18 persen.
Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan harga telur ayam ras termurah menurut data PIHPS Nasional. Per kilogramnya dibanderol sebesar Rp 25.530.
Kemudian, Maluku menjadi provinsi tempat telur ayam ras dijual dengan harga tertinggi. Per kilogramnya dibanderol sebesar Rp 38.950.
Penyebab Kenaikan Harga Telur
Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) Rofiyasifun menyebut penyebab kenaikan harga telur ayam karena mahalnya biaya komponen pakan ternak.
Setidaknya, kata Rofiyasifun, para peternak menaikkan harga telur untuk menutupi biaya produksi pupuk dalam memenuhi ketersediaan telur periode Ramadan tahun ini.
"Adanya kenaikan harga komponen pakan, (jagung, katul, BKK, SBM) sehingga peternak mendorong naik harga telur untuk menutupi biaya produksi," kata Rofiyasifun saat dihubungi Tribunnews, Senin (20/3/2023).
Selain itu, naiknya harga telur turut didorong adanya permintaan dari masyarakat dan industri menjelang Ramadan.
"Permintaan naik menjelang ramadhan, buat selamatan megengan hampir semua RT, khususnya Jawa, telur buat selamatan. Juga untuk kebutuhan industri kue bakery dan kiriman meningkat untuk Indonesia Timur," paparnya.
Dia menegaskan, ketersediaan telur untuk Ramadan dipastikan tercukupi dengan harga yang stabil. "Telur dipastikan cukup dan harganya tidak akan naik terus, seiring mulai lewat moment nanti," tegasnya.
Di sisi lain, Pardjuni Peternak Ayam wilayah Jawa Tengah menyatakan, ketersediaan ayam untuk periode Ramadan dipastikan aman. Meski peternak masih merugi lantaran harga pakan yang masih mahal.
Padahal, kata Pardjuni, harga jagung yang merupakan komponen pakan sudah turun di angka Rp 3.800 sampai Rp 4.200. Namun, pabrik pakan enggan menurunkan harganya. Sehingga peternak merugi.
"Untuk broiler harga masih cukup aman juga. Tapi sayang justru pabrik pakan dan breding yang tidak mau tau. Mereka menaikkan harga pakan dan day old chick (DOC) seenaknya, padahal peternak masih merugi," ungkapnya.
Bahkan, harga jagung saat ini menyentuh angka Rp 5.500 sampai Rp 5.600, diprediksi harga pakan bakal naik hingga Rp 300 per hari ini.
Baca juga: Harga Telur Ayam di Wilayah Indonesia Hari Ini, Sabtu 28 Januari 2023: Kaltara Tertinggi Rp 41.250
Untuk itu, Pardjuni menegaskan, pemerintah sedianya bersikap adil bagi peternak dan petani agar tidak merugi.
"Disini peran pemerintah harus berani untuk menindak pabrikan yang sewenang-wenang tersebut. Kapitalis-kapitalis inilah yang merusak dan membuat peternak jadi merugi. Pabrikan tidak pernah rugi," tegasnya.
Langkah Bapanas Jaga Harga Pangan
Kenaikan harga pangan pada saat menjelang hari raya keagamaan kerap terjadi. Saat ini, terdapat tren kenaikan harga pangan di pasar menjelang bulan Ramadan.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa kondisi ini terjadi karena pemerintah belum memiliki Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Oleh karena itu, NFA sedang mempersiapkan ekosistem CPP.
"Jika ekosistemnya belum baik, maka tidak dapat dilakukan. Jadi, setiap tahun hal ini terjadi karena tidak memiliki cadangan pangan pemerintah. Kita tidak memiliki cadangan pangan, sehingga ini menjadi hal yang mendesak bagi kita," kata Arief ketika ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dikutip dari Kontan, Senin (20/3/2023).
Untuk membangun ekosistem CPP, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No 125 Tahun 2020 mengenai cadangan pangan pemerintah.
Saat ini, pelaksanaan CPP sedang dalam progres. Arief mengatakan bahwa perlu ada harmonisasi dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) lainnya dalam membangun hal ini.
Menurutnya, membangun ekosistem CPP juga memerlukan pendanaan.
"Cadangan itu begini, jadi misalnya kita sudah tahu 3 bulan itu kita perlu berapa. Nah itu yang kita cadangkan 3 bulan sehingga harga (pangan) 3 bulan itu bisa stabil. Maksud saya, ini akan kita kerjakan dan harus dipercepat CPP," tambahnya.
Arief mengatakan bahwa penyiapan CPP masih dalam proses. Untuk Bulog, sudah ditugaskan untuk mengelola CPP padi, jagung, dan kedelai. Sementara itu, sisanya akan dilakukan oleh BUMN pangan lainnya seperti IDFood atau RNI.
"Nah ini perlu uang kalau perlu uang. Berarti kan kita harus dengan Menteri Keuangan. Nah sekarang ini sedang proses," kata Arief.
Sedangkan untuk CPP daging ayam dan telur saat ini NFA berencana akan melakukan take offer stok yang ada di peternak untuk bantuan pangan bagi masyarakat rawan stunting.
"Kita mau buat semacam connectifity dari hulu. Sehingga yang hulu nanti harga telur ayam di tingkat petani peternak itu stabil tidak buang-buang telur lagi tidak buang-buang ayam lagi, dibeli dengan harga baik. Kemudian di hilirnya itu untuk pengentasan kemiskinan dan gizi buruk rawan rentan pangan. Itu yang badan pangan sedang buat ekosistem," jelasnya.
Baca juga: Update Harga Sembako Rabu 28 Desember, Harga Telur Naik Jadi Rp 37.000, Cabai Rawit Rp 57.500 per Kg
Meski kenaikan harga pangan setiap hari besar keagamaan masih terjadi, Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menjelaskan, NFA sudah banyak melakukan langkah perbaikan.
Sayangnya, Ia menegaskan bahwa Badan Pangan Nasional saat ini baru terbentuk setahun lalu. Pun demikian anggaran NFA tahun ini, menurut Khudori juga masih terganjal sehingga masih mendapatkan alokasi yang minim.
"Setahun terakhir, sudah banyak hal yang telah dilakukan Bapanas. Sejauh ini, Bapanas sudah mulai membenahi masalah pangan dengan cara membangun fondasi," kata Khudori.
Namun Ia menyebut, saat ini langkah perbaikan baru terasa di hilir. Sementara di hulu belum tampak. Padahal, Khudori menambahkan, persoalan pangan seharusnya memerlukan penyelesaian dari hulu-hilir.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.