Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kementerian ESDM Beberkan Strategi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca di Sektor Ketenagalistrikan

Indonesia menargetkan mengurangi emisi GRK sebesar 32 persen dengan usaha sendiri dan sebesar 41 persen dengan bantuan dunia internasional.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Kementerian ESDM Beberkan Strategi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca di Sektor Ketenagalistrikan
ist
Ilustrasi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pemerintah memiliki komitmen kuat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), yang dibuktikan dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) dimana pada tahun 2030. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pemerintah memiliki komitmen kuat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), yang dibuktikan dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) dimana pada tahun 2030.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman Hutajulu mengungkapkan, Indonesia menargetkan mengurangi emisi GRK sebesar 32 persen dengan usaha sendiri dan sebesar 41 persen dengan bantuan dunia internasional.

"Target pengurangan emisi GRK sektor energi pada tahun 2030 yaitu sebesar 358 juta ton CO2 dengan kemampuan sendiri dan 446 juta ton CO2 dengan bantuan internasional dari skenario business as usual," jelas Jisman dalam keterangannya, Rabu (22/3/2023).

Baca juga: Menteri LHK Sebut Sampah Organik Jadi Kontributor Terbesar Emisi Gas Rumah Kaca

Untuk mewujudkan komitmen pengurangan emisi GRK, Jisman menyebutkan bahwa Kementerian ESDM melakukan pemodelan guna menghasilkan peta jalan transisi energi.

Yaitu berisikan target dan milestone yang akan ditempuh Indonesia dari sisi supply dan demand energi untuk menuju Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.

"Berdasarkan peta jalan tersebut, emisi GRK sektor energi diproyeksikan akan turun sebesar 93 persen dari skenario business as usual, dimana sisa emisi yang dihasilkan adalah sebesar 129,4 juta ton CO2 di tahun 2060," imbuh Jisman.

Berita Rekomendasi

Untuk itu, sambung Jisman, diperlukan beberapa strategi untuk mengakselerasi dalam mengurangi emisi GRK sektor energi.

Pertama, mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dan interkoneksi melalui supergrid.

"Pada peta jalan transisi energi, proyeksi kebutuhan listrik Indonesia pada tahun 2060 akan mencapai 1.942 Tera Watt Hour (TWh) dan konsumsi listrik per kapita sebesar 5.862 KWh. Listrik tersebut akan dihasilkan 100 persen dari EBT dengan total kapasitas sekitar 708 Giga Watt (GW) pada tahun 2060," jelas Jisman.

Strategi selanjutnya adalah dengan moratorium Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta mempensiunkan secara dini PLTU yang sudah ada.

Kemudian, menerapkan prinsip-prinsip efisiensi energi secara masif.

Dan strategi keempat adalah dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik serta kompor induksi secara massal.

Kemudian terakhir, yaitu dengan pengembangan smart grid untuk mengatasi intermittency pada variable renewable energy.

Meski demikian, sambung Jisman, untuk mengurangi GRK di sektor energi bukanlah perkara mudah.

"Karena banyak tantangan yang dihadapi, seperti pendanaan proyek infrastruktur, perluasan dekarbonisasi, pengembangan teknologi, hingga pengembangan kapasitas dari sumber daya manusia," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas