Ekonomi China Pulih, Indonesia Bisa Ambil Bagian Rantai Pasok Global
Pemulihan ekonomi China diyakini akan memberikan dampak terhadap inflasi di Amerika Serikat yang berpotensi kembali naik.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemulihan ekonomi China diyakini akan memberikan dampak terhadap inflasi di Amerika Serikat (AS) yang berpotensi kembali naik.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, dengan naiknya inflasi AS akan membuat Bank Sentral AS atau The Fed kembali menaikkan tingkat suku bunga.
Oleh sebab itu, pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu juga tidak harus ekspansif sekali, lebih cenderung pulih bertahap dan meningkat.
"Lagipula, dengan posisi China yang ada saat ini, memberikan kesempatan bagi negara lainnya, tidak terkecuali Indonesia untuk dapat ambil bagian dalam pasokan global, sehingga mampu menjadi mata rantai penting dalam pasokan global," ujar Nico melalui risetnya, Rabu (29/3/2023).
Meskipun tertatih-tatih, Nico yakin terhadap perekonomian China mampu bertahan dan konsisten untuk mengejar pertumbuhan ekonominya sebesar 5,3 persen pada tahun ini, di mana proyeksi tersebut naik dari sebelumnya 5,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II 2023 diproyeksikan naik sebesar 7,3 persen yang akan menjadi laju tercepat dalam kurun 2 tahun terakhir.
Sejauh ini, pemulihan ekonomi China di sektor jasa, properti, keuangan, dan teknologi serta Informasi mulai mengalami kenaikkan tajam.
Baca juga: Bursa Saham Asia Melonjak di Tengah Prospek Pemulihan Ekonomi China
"Hal ini menjadi salah satu momentum pemulihan ekonomi bagi China, pertanyaannya stabil nggak ya pemulihan ekonomi tersebut? Bagi kami, pemulihan ekonomi China yang tidak terlalu cepat ini justru menjadi salah satu keuntungan tersendiri," pungkas Nico.