Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Asosiasi Pertekstilan Indonesia: Produk Thrifting Ganggu Perkembangan Produk Dalam Negeri

Industri tekstil dan produk tekstil adalah industri padat karya dimana tenaga kerja perlu dibayar rutin.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Asosiasi Pertekstilan Indonesia: Produk Thrifting Ganggu Perkembangan Produk Dalam Negeri
Nitis Hawaroh
Ruko-ruko menjual pakaian bekas impor di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Jum'at (17/3/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menyambut baik inisiatif pemerintah yang tegas melarang impor baju bekas.

Jemmy mengatakan, keberadaan produk thrifting sangat mengganggu perkembangan produk dalam negeri.

"Biaya yang mereka keluarkan minim dibanding jika harus produksi sendiri seperti pengusaha. Mereka bisa menggaet pasar karena biaya rendah sehingga merugikan pasar negeri sendiri," katanya di sela-sela pembukaan pameran industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) terlengkap bertaraf internasional Indo Intertex – Inatex 2023 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Rabu (29/3/2023).

Baca juga: 1.000 Lebih Kios Pakaian Bekas di Pasar Gedebage Bandung Ditutup Imbas Pemerintah Larang Thrifting

Disebutkan, industri Tekstil dan Produk Tekstil adalah industri padat karya dimana tenaga kerja perlu dibayar rutin sementara penghasilan berdasarkan rata-rata hanya 60 persen.

“Artinya produktivitas tidak mencakup kebutuhan untuk memenuhi biaya operasional. Sehingga saat ini Sektor TPT sangat berharap sekali bantuan pemerintah dalam hal ini untuk mengatasi salah satunya import baju bekas yang makin marak,” jelas Jemmy.

Terkait pameran industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) Indo Intertex – Inatex 2023, Paul Kingsen, Project Director Peraga Expo selaku penyelenggara pameran mengatakan event jadi akselerator bisnis untuk industri TPT dan fashion nasional.

Berita Rekomendasi

"Event mempertemukan profesional di industri tekstil dan fashion yang ingin saling berkolaborasi, berbagi ilmu, dan mengembangkan bisnis mereka bersama, serta menyajikan hasil penelitian mereka mengenai perkembangan teknologi dan material termutakhir,” ujar Paul Kingsen.

Dikatakannya, Indo Intertex dan Inatex memainkan peran penting sebagai platform yang kredibel untuk melakukan transformasi industri tekstil dan garmen lokal dengan memperkenalkan teknologi baru di dunia.

Kedua pameran saling terkait yakni Indo Intertex menghadirkan permesinan dan peralatan sedangkan Inatex menghadirkan bahan baku serat, benang, kain, pakaian jadi, aksesories/zipper/button/belt dan produk Industri Nonwoven.

Beberapa nama besar di industri tekstil yang berpartisipasi di pameran tahun ini antara lain APR, OBOR, INDOHOSE, DALIATEX, dll. Teknologi-teknologi yang diperkenalkan adalah teknologi massive yang mendukung konsep industri ramah lingkungan.

Lebih dari 500 perusahaan dari 18 negara Asia dan Eropa hadir menampilkan produk dan inovasi terknologi terbaru dari mesin tekstil dan garmen, bahan baku, mesin digital printing, kimia tekstil, aksesoris serta produk tekstil lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas