Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Mengapa BI-Fast Sering Eror, Berikut Jawaban Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia

Sistem pembayaran Bank Indonesia Fast Payment (BI-Fast) sudah menjadi pilihan utama nasabah bank di Indonesia.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mengapa BI-Fast Sering Eror, Berikut Jawaban Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia
WARTAKOTA/Henry Lopulalan
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sistem pembayaran Bank Indonesia Fast Payment (BI-Fast) sudah menjadi pilihan utama nasabah bank di Indonesia.

Selain caranya sangat mudah, biayanya juga dianggap relatif murah.

Meski demikian, para nasabah acap dijengkelkan dengan adanya gangguan.

Manakala gangguan datang, maka nasabah akan kesulitan mengakses BI-Fast.

Baca juga: BI Fast: Pengertian hingga Cara Transfer Antar Bank

Apa penyebab gangguan layanan BI-Fast?

Melansir Kompas.com, Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Santoso Liem menjawab permasalahan tersebut.

Menurutnya, salah satu penyebab gangguan dari sistem BI-Fast ialah jumlah transaksi yang sangat besar.

BERITA REKOMENDASI

Pasalnya, sistem pembayaran itu langsung menghubungkan transaksi antar peserta yang sudah memiliki kapasitas transaksi.

"Kadang-kadang tidak siap, adalah tiba-tiba arus pengiriman dan penerimaan besar sekali. Ini kan ekosistem close loop di BI-Fast, ada penerima dan pengirim," kata dia kepada wartawan, di Jakarta, Senin (3/4/2023).

Lebih lanjut ia menjelaskan, akibat tingginya arus transaksi tersebut, transaksi terganggu atau macet. Akan tetapi, nasabah tidak dapat mengetahui gangguan tersebut dialami oleh bank asal atau tujuan.

"Otomatis layanan dirugikan. Kedua customer enggak tahu mana yang bikin macet," katanya.

Santoso yang juga menjabat sebagai Direktur PT Bank Central Asia Tbk mencontohkan, misal satu bank biasanya melayani 60-70 juta transaksi secara total.

Baca juga: Ramai Penipuan Upgrade Fitur BI FAST, Kenali Modus dan Pahami Cara Mengatasinya!


Namun, ketika bank tersebut melayani transaksi hingga 140 juta transaksi, sistem pembayarannya, dalam hal ini BI-Fast, akan kelebihan kapasitas dan alami gangguan.

"Ibarat kaya air bah saja. Mirip konsep itu," ujarnya.

Bank sentral sendiri disebut telah menentukan kapasitas maksimum transaksi peserta BI-Fast.

Namun, Santoso mendorong adanya pembenahan untuk mengantisipasi gangguan layanan pembayaran.

"Kemampuan untuk memprediksi dari pada stakeholder yang terlibat ini penting. Kemampuan ini yang harus terus menerus di-upgrade," ucapnya. (Kontan)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas