Bisnis Tupperware Sudah Meredup Sejak 2013: Penjualan Merosot, Harga Saham Ambles
Tupperware kini sedang menghadapi krisis keuangan yang parah, penjualan yang merosot tajam pasca pandemi dan harga saham yang ambles drastis.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masa depan perusahaan produsen wadah makanan ternama Tupperware sedang dalam sorotan setelah pada Jumat lalu, Tupperware mengungkapkan 'keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan melanjutkan kelangsungan usahanya.
Tupperware memang sedang sakit. Perusahaan ini sedang menghadapi kesulitan keuangan dan tekanan dari krediturnya, setelah Tupperware membuat kekeliruan dalam laporan keuangan membuatnya tidak dapat mengajukan laporan tahunan tepat waktu.
Para ahli mengatakan kejatuhan bisnis Tupperware dipicu oleh banyak faktor. Diantaranya:
- Salah langkah dalam mengelola finansial
- Stagnannya model bisnis penjualan langsung yang selama ini digeluti dan kalah oleh era e-commerce, serta
- Munculnya wadah makanan alternatif dengan harga lebih murah.
Penjualan Merosot, Harga Saham Ambles
Redupnya bisnis Tupperware tidak terjadi tiba-tiba. Penjualan Tupperware telah menurun sejak memuncak pada tahun 2013.
Tupperware sempat menikmati lonjakan penjualan saat terjadi pandemi dan memicu banyak negara melakukan lockdown.
Namun penjualan kembali menukik tajam tahun lalu dan membuat perusahaan menghadapi kebangkrutan.
Saham Tupperware di pasar modal juga ambles. Saham Tupperware pada Selasa pagi 11 April 2023 diperdagangkan di harga $1,30 per lembar, turun 48 persen dari satu minggu lalu.
Harga saham Tupperware ini sudah turun 93 persen dari satu tahun lalu.
Linda Bolton Weiser, direktur pelaksana dan analis riset senior untuk produk konsumen di D.A. Davidson kepada DailyMail mengatakan, Tupperware gagal berinvestasi secara memadai di bawah mantan CEO Rick Goings.
'Mereka sangat kekurangan dalam investasi TI,' kata Bolton Weiser, mencatat bahwa arus kas bebas perusahaan malah mengarah pada dividen tinggi bagi pemegang saham.
Goings memimpin perusahaan dari tahun 1998 hingga 2018. Tupperware menangguhkan dividen triwulanannya pada tahun 2019, setelah membayar imbal hasil setinggi 8,4 persen.
Baca juga: Hadapi Krisis Finansial, Tupperware Terancam Gulung Tikar
"Mereka juga telah gagal memperbaiki fundamental dasar dari bisnis inti penjualan langsung mereka," tambah Bolton Weiser, yang secara resmi menutup cakupan saham Tupperware minggu lalu.
Diluncurkan pada tahun 1946 oleh pengusaha Earl Tupper, Tupperware telah lama bergantung pada model penjualan langsung, di mana penjual individu membeli produk dari perusahaan, dan kemudian menjualnya dari pintu ke pintu atau di pesta Tupperware di lingkungan sekitar.