Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IFC Setop Danai Proyek Batubara Baru Begini Tanggapan Aktivis Lingkungan Hidup

Kebijakan ini dikeluarkan setelah tekanan kuat dari kelompok masyarakat sipil global agar IFC menyelaraskan portofolionya dengan perjanjian Paris.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in IFC Setop Danai Proyek Batubara Baru Begini Tanggapan Aktivis Lingkungan Hidup
Pixabay
Ilustrasi. International Finance Corporation (IFC) baru-baru ini mengumumkan kebijakan untuk berhenti mendanai proyek batubara baru di berbagai negara tujuan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - International Finance Corporation (IFC) baru-baru ini mengumumkan kebijakan untuk berhenti mendanai proyek batubara baru di berbagai negara tujuan.

Kebijakan ini dikeluarkan setelah tekanan kuat dari kelompok masyarakat sipil global agar IFC menyelaraskan portofolionya dengan perjanjian Paris.

Komitmen IFC ini berarti menganulir kebijakan sebelumnya di mana IFC masih mengizinkan klien perantara keuangan, seperti bank komersial untuk mendukung proyek batubara baru asalkan bank tersebut keluar dari portofolio proyek batubara pada 2030.

Baca juga: Kementerian ESDM Sedang Matangkan Skema Pungutan Iuran Batubara

Sejak Mei 2019, IFC yang berfokus dalam pembiayaan investasi di sektor swasta telah menggelontorkan investasi sebesar hampir US$40 miliar untuk berbagai klien perantara keuangan, salah satunya bank ternama asal Asia Timur.

Bank tersebut juga mendanai proyek pembangkit listrik di Indonesia.

Peneliti Trend Asia, Andri Prasetiyo mengatakan butuh perjuangan panjang sampai pada akhirnya IFC menyetop dukungan pada proyek batubara baru.

BERITA REKOMENDASI

"Perjuangannya sangat panjang dan terlambat tujuh tahun dari perjanjian Paris," ujar Andri Prasetiyo dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Rabu(12/4/2023).

Komitmen terbaru IFC ini kata Andri juga menjadi lonceng kematian bagi industri batubara.

"Juga sebagai peringatan keras bagi lembaga keuangan yang masih mengeluarkan uang publik untuk mendanai proyek energi kotor batubara,” kata Andri.

Andri menambahkan praktik ekuitas hijau atau GEA yang diusung IFC sebagai konsep pendanaan yang diklaim lebih berwawasan lingkungan, seharusnya memberikan kontribusi signifikan dalam transisi energi untuk mengatasi persoalan krisis iklim

Jika ingin menyelaraskan seluruh portofolionya dengan perjanjian Paris, lanjut Andri, IFC juga harus
menghentikan pendanaan energi fosil lainnya, seperti minyak dan gas fosil.


"GEA seharusnya digunakan hanya untuk mendanai proyek-proyek energi terbarukan,” ujar Andri.

Climate and Energy Manager Greenpeace Indonesia, Didit Haryo Wicaksono mengatakan komitmen terbaru IFC tersebut sudah seharusnya otomatis menarik pendanaan sebuah bank ternama di Asia Timur dari proyek pembangkit listrik di Indonesia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas