Pasokan Gandum Dunia Terancam, Ini Sebabnya
Hal ini terjadi setelah Rusia dan Ukraina menghentikan ekspor gandum dari Pelabuhan Laut Hitam, karena sanksi dari Uni Eropa.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Pasokan gandum global Rusia dan Ukraina kesulitan mengekspornya.
Hal ini terjadi setelah Rusia dan Ukraina menghentikan ekspor gandum dari Pelabuhan Laut Hitam, karena sanksi dari Uni Eropa.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pengiriman biji-bijian dari Ukraina tampak suram karena tidak semua pihak menepati kesepakatan mereka.
Inisiatif Butir Laut Hitam dibuat pada bulan Juli dengan tujuan untuk memungkinkan kapal biji-bijian meninggalkan pelabuhan Laut Hitam Ukraina setelah mereka terjebak di sana karena konflik Ukraina.
Kesepakatan itu juga dimaksudkan untuk "memfasilitasi akses tak terbatas" ke ekspor biji-bijian dan pupuk dari Rusia.
Moskow sejak itu menegaskan bahwa sementara ekspor gandum, jagung, dan produk pertanian lainnya dari Ukraina terus berlanjut, perusahaan Rusia masih berjuang dengan rintangan yang diberlakukan oleh sanksi.
“Kami tahu perwakilan PBB sedang melakukan beberapa upaya [untuk mempertahankan kesepakatan], tetapi paruh kedua kesepakatan masih belum berhasil, dan persyaratannya belum diterapkan,” kata Peskov.
“Tidak ada kesepakatan yang dapat berdiri dengan satu kaki, perlu dua kaki untuk berdiri. Dalam hal ini, menilai dari keadaan saat ini, prospeknya tidak begitu bagus,” kata Peskov dikutip dari Russia Today.
Sanksi AS dan UE tidak berisi larangan langsung atas ekspor pupuk Rusia ke negara ketiga. Namun, mereka menimbulkan masalah dalam hal logistik, pembayaran transaksi, dan asuransi pengiriman.
Baca juga: Putin Tuntut Jaminan Keamanan Ekspor Gandum, Zelensky: Tunjukkan Kegagalan Agresi Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya juga mengklaim bahwa hanya sebagian kecil biji-bijian Ukraina yang dikirim ke negara-negara miskin di dunia.
Menurut PBB, hanya 28 persen kargo dikirim ke negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah pada September, sedangkan sisanya dikirim ke negara berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi.
Organisasi itu mengatakan, bagaimanapun, bahwa tujuan yang terdaftar mungkin belum semuanya final.
Pada bulan Maret, Rusia setuju untuk memperpanjang perjanjian selama 60 hari.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada saat itu bahwa organisasi tersebut akan "melakukan segala yang mungkin untuk menjaga integritas" dari kesepakatan tersebut dan memastikan bahwa kesepakatan tersebut terus berfungsi.
Baca juga: Setelah Ditelepon Erdogan, Rusia Mau Lanjutkan Lagi Kesepakatan Ekspor Gandum Ukraina