KTT ASEAN Bakal Bahas Kesiapan dan Tantangan Negara Anggota di Masa Depan
Didorong adanya transisi energi menuju energi bersih terbarukan, antara lain melalui pengembangan ekosistem electric vehicle di kawasan.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN akan segera berlangsung.
Rangkaian kegiatan KTT ke-42 ASEAN akan dilaksanakan pada 10-11 Mei 2023, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Pertemuan akan dihadiri Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan negara-negara ASEAN, termasuk Timor Leste sebagai negara anggota ke-11 ASEAN dengan status observer sesuai hasil KTT ke-40 dan ke-41 di Kamboja.
Baca juga: Moeldoko: Kesuksesan KTT ASEAN Harus Sampai ke Rakyat Indonesia dan Dunia
Direktur Kerjasama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Berlianto Situngkir mengatakan, pada agenda tersebut akan dibahas tantangan apa saja yang bakal dihadapi negara-negara kawasan dalam beberapa tahun ke depan.
Hal itu bakal dibicarakan pada sesi pleno High-Level Task Force on ASEAN Community Post-2025 Vision.
"Agenda vision post 2025 ini tentunya bagaimana ASEAN melihat kondisi saat ini dan bagaimana ASEAN mampu menjawab tantangan yang dihadapi," ucap Anto dalam diskusi bertema Menjaga Stabilitas Ekonomi dan Netralitas ASEAN, Rabu (3/5/2023).
"Dan kami akan proyeksikan apa visi kita 20 tahun ke depan dalam menghadapi tantangan yng dihadapi," sambungnya.
Anto melanjutkan, global termasuk kawasan ASEAN, kini tengah dihadapkan oleh sejumlah isu.
Seperti sektor kesehatan imbas adanya pandemi Covid-19, hingga tensi geopolitik yang mempengaruhi dan risiko bidang pangan, energi, dan stabilitas keuangan.
Untuk itu, ASEAN perlu memperkuat diri meningkatkan kapasitas dalam menghadapi tantangan.
Dalam kesempatan tersebut, Anto juga mengungkapkan, KTT ASEAN akan menghasilkan output dalam pilar ekonomi.
Yaitu bagaimana mampu mendorong adanya transisi energi menuju energi bersih terbarukan, antara lain melalui pengembangan ekosistem electric vehicle di kawasan.
Kemudian juga adalah bagaimana menjaga stabilitas ekonomi keuangan dalam menggunakan mata uang lokal untuk transaksi bilateral, atau disebut Local Currency Transaction.