Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Peneliti UI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2023 Tidak Sampai 5 Persen

Peneliti LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, dari studi itu diramalkan ekonomi tumbuh di bawah 5 persen, yakni kisaran 4,89 persen hingga 4,95 persen

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Peneliti UI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2023 Tidak Sampai 5 Persen
Tribunnews/JEPRIMA
Para pekerja pembersih kaca gedung pencakar langit terlihat menggunakan standar operasional keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Peneliti LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, dari studi itu diramalkan ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5 persen, yakni kisaran 4,89 persen hingga 4,95 persen pada kuartal I 2023. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) membeberkan outlook perekonomian Indonesia dengan pertimbangkan berbagai sektor dan perkembangan terkini dari sisi global dari domestik.

Peneliti LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, dari studi itu diramalkan ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5 persen, yakni kisaran 4,89 persen hingga 4,95 persen pada kuartal I 2023.

"Untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal I, kita mengestimasi pertumbuhan GDP kuartal I kita akan berada di midpoint 4,92 persen dengan range dari 4,89 persen sampai 4,95 persen," ujarnya dalam konferensi pers "Indonesia Economic Outlook Q2-2023", Kamis (4/5/2023).

Baca juga: Kelompok Milenial: Kita Dorong Indonesia Sebagai Pusat Ekonomi di Asia Tenggara

Menurut dia, perkiraan ini juga menunjukkan kondisi normalisasi atau moderasi dari paling tidak kondisi yang terjadi di tiga tahun sebelumnya.

"Tiga tahun sebelumnya, kita melihat pertumbuhan di bawah normal selama 2020 sampai 2021, di mana kita tumbuh jauh di bawah tren pertumbuhan jangka panjang kita 5 persen," kata Riefky.

Lalu, ekonomi Indonesia tumbuh tinggi di 2022 ditopang beberapa faktor, di antaranya low based effect atau kecenderungan pertumbuhan dari nilai yang kondisi awalnya rendah.

Baca juga: Kunjungi Doha, Menlu Retno Marsudi Bahas Ekonomi Hingga Isu Afghanistan dengan Menteri Qatar

BERITA TERKAIT

"Kemudian, adanya windfall profit (keuntungan yang didapat dari lonjakan harga komoditas) membuat kita tumbuh cukup tinggi di 2022 mencapai 5,31 persen," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas