Redam Lonjakan Inflasi, Inggris Naikkan Suku Bunga Jadi 4,5 Persen
Bank Sentral Inggris kembali memperketat kebijakan moneternya dengan mengerek naik suku bunga acuan sebesar 25 basis poin
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Bank Sentral Inggris atau Bank of England (BOE) kembali memperketat kebijakan moneternya dengan mengerek naik suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen pada Kamis (11/5/2023).
Kenaikan tersebut jadi yang ke-12 kali yang dilakukan BOE dalam setahun terakhir.
Meski kenaikan kali ini tercatat sebagai tertinggi sejak Oktober 2008, namun dalam keterangan resminya Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan sikap agresif ini perlu diambil agar dapat menekan laju inflasi di Inggris yang saat ini telah melonjak ke level tertinggi.
Baca juga: Inflasi di Argentina Naik 30 Persen Selama 4 Bulan Tahun 2023
Tercatat selama bulan April kemarin, inflasi pangan di Inggris telah meningkat menjadi 15,7 persen atau naik 15,0 persen dari bulan sebelumnya. Sementara tingkat inflasi tahunan Inggris berada di kisaran 10,1 persen.
Bahkan sebelum BOE resmi mengerek suku bunga acuan terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) sempat memperkirakan kinerja ekonomi Inggris di tahun 2023 akan mengalami kemunduran tajam, akibat merosotnya produk domestik bruto sebesar 0,3 persen.
Baca juga: Inflasi Tinggi Untungkan Mata Uang di Kawasan Eropa Timur
Alasan ini yang kemudian mendorong ambisi Gubernur BOE untuk memperketat kebijakan moneter, mengikuti langkah Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve AS yang pekan lalu telah mengerek suku bunga sebesar 0,25 persen.
"Inflasi masih terlalu tinggi dan tugas kami adalah menurunkannya hingga target 2 persen dan mempertahankannya,” Jelas Bailey, dikutip dari The Guardian.
Lewat pengetatan tersebut, Bailey menilai inflasi Inggris dapat turun ke level rendah. Dengan begitu fondasi ekonomi negara The Black Country ini dapat berjalan stabil dan tumbuh sebesar 0,25 persen pada tahun ini serta ,75 persen pada 2024.
Mengingat selama beberapa bulan terakhir BOE telah memproyeksikan apabila negaranya akan mengalami perlambatan ekonomi atau resesi berkepanjangan hingga pertengahan 2024. Lantaran beberapa ekonomi Inggris terus mencatatkan penurunan yang cukup signifikan.
“Ekonomi bisa jatuh ke delapan kuartal berturut-turut dengan pertumbuhan negatif, namun kami yakin pertumbuhan baru akan terjadi setelah memasuki pertengahan 2024.” terang BoE dalam pertemuannya pada akhir tahun 2022.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.