Bank Indonesia Diprediksi Pangkas Suku Bunga Tiga Kali Jadi 5 Persen di Semester II 2023
Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman menyatakan ada ruang penurunan suku bunga atau pelonggaran kebijakan moneter
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman menyatakan ada ruang penurunan suku bunga atau pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia di semester II 2023.
Dia memprediksi suku bunga Bank Indonesia akan menurun secara perlahan sebanyak tiga kali 0,25 basis poin (bps) mulai akhir kuartal III hingga akhir 2022.
Dengan tiga kali penurunan 0,25 bps, suku bunga Bank Indonesia akan menjadi 5 persen di penghujung 2023 dari saat ini 5,75 persen.
Baca juga: Ikuti Langkah The Fed, Bank Sentral Hong Kong Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin
"Penurunan suku bunga acuan perkiraan kami akan terjadi secara gradual dalam potongan 25 basis poin mulai akhir kuartal III. Di semester II sebanyak tiga kali, masing-masing 25 basis poin," ujarnya usai konferensi pers Economic Outlook dan Pemaparan Kinerja Keuangan Citi Indonesia Kuartal I 2023 di kawasan SCBD, Jakarta, Senin (15/5/2023).
Adapun faktor penurunan suku bunga mulai semester II tahun ini ditopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah kembali ke 5 persenan pada kuartal I 2023.
"Pertama, PDB (produk domestik bruto) sudah kembali ke 5 persen, tapi permintaan domestik masih lebih rendah dibanding zaman sebelum Covid.
Lalu pertumbuhan ekspor ditopang kapasitas, dari kedua faktor ini belum terlihat gejala over heating atau demand pull inflation (harga naik ketika permintaan melebihi penawaran dalam jangka pendek)" kata Helmi.
Selain faktor pertumbuhan dan inflasi yang mendukung, faktor ketiga terbukanya ruang penurunan suku bunga karena outlook neraca pembayaran sudah lebih baik dibanding tahun lalu.
"Tahun lalu surplus neraca pembayaran besar sekali karena harga komoditas capai harga tertinggi. Sekarang neraca pembayaran tidak sebesar tahun lalu, tapi ada perbaikan di neraca arus modal portofolio ke Indonesia, arus dana portofolio global masuk ke negara-negara berkembang sudah lebih bersahabat dibanding tahun lalu," pungkasnya.