PLN Sebut Perubahan Iklim Beri Dampak Cukup Signifikan Pada Bisnis Listrik, Ini Penjelasannya
PLN mengungkapkan, dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrim selama beberapa tahun terakhir dirasakan semua sektor di Indonesia
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mengungkapkan, dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrim selama beberapa tahun terakhir dirasakan semua sektor di Indonesia, tidak terkecuali kelistrikan.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, Gregorius Adi Trianto mengatakan, cuaca ekstrim yang terjadi belakangan tentunya mempengaruhi proses bisnis pada perusahaan 'setrum' negara.
Sebagai contoh, saat terjadi badai seroja di Nusa Tenggara Timur pada 2021, pasokan listrik dan jaringan distribusi PLN terganggu.
Baca juga: Institut Teknologi PLN Diharapkan Bisa Bicara di Kancah Asia
"Akibatnya harus dilakukan investasi kembali untuk membangun jaringan dan memulihkan dengan cepat pasokan listrik ke daerah terdampak," papar Gregorius kepada Tribunnews, Selasa (23/5/2023).
Ia melanjutkan, perubahan iklim juga berpotensi menyebabkan kemarau berkepanjangan yang bisa mengakibatkan turunnya debit air di danau ataupun sungai.
Sehingga, hal ini dapat berpengaruh terhadap kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) atau Pembangkit Listrik Tenaga Miktohidro (PLTM).
Untuk itu, lanjut Gregorius, perubahan iklim harus disikapi dengan aksi nyata, mencegah krisis akibat perubahan iklim bisa dilakukan melalui langkah mitigasi salah satunya inisiasi untuk transisi energi.
Saat ini PLN tengah berupaya meningkatkan bauran energi dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT.
Baca juga: Rekrutmen Bersama BUMN 2023 Dibuka, Ini Daftar Lowongan Pekerjaan dari PT PLN Persero
PLN juga mengupayakan shifting dari high carbon power generation menjadi low carbon power generation dengan pemanfaaatan teknologi dan melakukan inovasi Co-Firing batubara dengan biomassa yang berasal dari berbagai bahan ramah lingkungan sehingga mampu mensubstitusi penggunaan batubara hingga 10 persen.
"Sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, PLN telah melakukan beberapa upaya untuk bisa mengurangi emisi karbon," papar Gregorius.