Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Hingga Mei 2023, Pemerintah Tarik Utang Baru Senilai Rp150,4 Triliun

Di mana pada rentang Januari-Mei 2022, realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang sebesar Rp91,2 triliun.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Hingga Mei 2023, Pemerintah Tarik Utang Baru Senilai Rp150,4 Triliun
Tangkapan Layar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam laporannya menyebutkan, realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 telah mencapai Rp150,4 triliun per Mei 2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (year on year) nilai tersebut naik 64,9 persen.

Di mana pada rentang Januari-Mei 2022, realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang sebesar Rp91,2 triliun.

Baca juga: Bukan Cuma Sombong, Indra Kenz Suka Sesumbar, Sebut Punya Rencana Bayar Utang Negara

"Sampai dengan 2023, realisasi sampai dengan Mei, pembiayaan sampai dengan Rp150,4 triliun," papar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (26/6/2023).

"Ini kalau kita lihat dibandingkan tahun lalu dalam hal ini masih yang mengalami (peningkatan dari) Rp91,2 triliun naik 64,9 persen," sambungnya.

Bila dirinci, penerbitan surat berharga negara (SBN) Rp144,5 triliun atau naik 92 persen secara year on year. Kemudian pinjaman Rp5,9 triliun atau turun 63,2 persen secara year on year.

Berita Rekomendasi

Meski terlihat cukup tinggi, namun Sri Mulyani mengungkapkan bahwa realisasi pembiayaan per Mei 2023 melalui penerbitan utang masih mencapai 21,6 persen dari target yang ditetapkan APBN tahun ini.

Masih rendahnya realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang disebabkan penerimaan negara yang tercatat masih cukup kuat, dan surplus APBN sebesar Rp204,3 triliun per Mei 2023.

"Realisasi pembiayaan dari penerbitan surat utang yang Rp150,4 triliun itu masih 21,6 persen dari APBN meskipun meningkat tajam dibandingkan tahun lalu," papar Sri Mulyani.

"Ini dikarenakan situasi penerimaan kita yang cukup kuat dan surplus anggaran menyebabkan kita melakukan re-strategi penurunan utang kita," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas