Pulang dari Paris Summit 2023, Menkeu Ingatkan Ketidakpastian Global Masih Berlanjut
Setelah mengikuti Paris Summit 2023, Sri Mulyani menilai kondisi perekonomian global masih diselimuti ketidakpastian yang sangat tinggi.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan masih tingginya tantangan ketidakpastian ekonomi global saat ini.
Setelah mengikuti Paris Summit 2023, Sri Mulyani menilai kondisi perekonomian global masih diselimuti ketidakpastian yang sangat tinggi.
Ini juga sejalan dengan proyeksi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga Internasional seperti International Monetary Fud (IMF), World Bank, dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang menyebut perekonomian global di tahun ini masih cukup melemah.
"Saya baru saja kembali dari Paris dan memang menggambarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global masih tidak pasti," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (26/6).
Dalam paparannya, World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini hanya akan mencapai 2,1 persen.
Sementara itu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2023 hanya menyentuh 2,7 persen. Begitu juga dengan proyeksi OECD yang hanya memperkirakan ekonomi global bisa tumbuh 2,7 persen.
Dirinya mengatakan, melemahnya perekonomian global ini disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari adanya eskalasi geopolitik yang terjadi Ukraina maupun negara-negara besar di dunia.
Selain itu, debs distress terutama di negara berkembang dan di negara maju juga menjadi penghalang pemulihan ekonomi global.
Baca juga: Perubahan Iklim Jadi Tantangan Ekonomi Dunia Usai Dihantam Pandemi Covid-19
"Beberapa negara sektor keuangannya mengalami kerapuhan, inflasi tinggi dan suku bunga yang meningkat menjadi salah satu faktor yang mengerogosi pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut," katanya.
Sejalan dengan pelemahan ekonomi global, Bendaha Negara juga menyampaikan bahwa perdagangan global pada tahun ini juga menunjukkan pelemahan yang signifikan. Berdasarkan proyeksi IMF, pertumbuhan volume perdagangan global pada tahun ini hanya akan menyentuh 2,4 persen.
Baca juga: Ekonomi Merosot di Kuartal I 2023, Selandia Baru Resmi Masuk Jurang Resesi
Ini jauh melemah jika dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebesar 5,1% dan tahun 2021 yang sebesar 10,6%. Di sisi lain, permintaan global juga mengalami penurunan. Meski laju inflasi diperkirakan menurun, namun levelnya masih jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
"Ini yang menggambarkan bahwa pergulatan dari kebijakan terutama di level makro dan moneter masih akan menjadi suatu tema yang sangat dominan," terang Menkeu.
Laporan reporter: Dendi Siswanto | Sumber: Kontan