Diversifikasi Pangan, Ekonom Sebut Indonesia Terhalang Masalah Ketersediaan Lahan Pertanian
Tak hanya dikonversi menjadi permukiman, lahan di Tanah Air juga banyak digunakan untuk pembangunan pabrik.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus, menyebut upaya pemerintah dalam melakukan diversifikasi pangan memiliki tantangan tersendiri, yaitu kesediaan lahan.
Heri mengatakan, seiring berjalannya waktu, banyak lahan pertanian yang dikonversi menjadi permukiman. Hal itu tak lepas dari bertambahnya jumlah penduduk.
"Tentu kan diversifikasi pangan atau perluasan pangan ini menghadapi tantangan lahan," katanya dalam diskusi daring bertajuk Permintaan Pangan di Masa Depan untuk Penduduk Miskin di Indonesia, Senin (3/7/2023).
Baca juga: El Nino Hantui Lahan Pertanian, Zulkifli Hasan Minta Masyarakat Bersiap Hadapi Kenaikan Harga Pangan
"Lahan kita untuk pertanian semakin banyak dikonversi seiring dengan pertambahan penduduk sehingga membutuhkan permukiman," lanjutnya.
Tak hanya dikonversi menjadi permukiman, lahan di Tanah Air juga banyak digunakan untuk pembangunan pabrik.
"Kemudian, juga dikonversi menjadi pabrik sehingga lahan pertanian menjadi semakin sedikit," ujar Heri.
Meski demikian, kata Heri, masih banyak lahan pertanian di daerah-daerah yang bisa dioptimalkan untuk diverifikasi pangan.
"Namun, menurut saya, (masih) banyak lahan-lahan yang masih bisa dioptimalkan untuk ditanamkan. Diversifikasi komoditas pangan. Itu masih bisa dioptimalkan di daerah-daerah," kata Heri.
Nantinya, dalam melakukan diversifikasi, menurut dia, perlu dikaitkan dengan kebutuhan konsumsi daerah tersebut.
"Kemudian juga tentunya program ini perlu dikaitkan berapa kebutuhan konsumsi (daerah tersebut) terhadap suatu pangan, kemudian juga berapa ketersediaannya," ujar Heri.
"Jadi, yang paling penting itu adalah ketahuan berapa gap-nya," pungkasnya.