Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Tergelincir di Tengah Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global

Harga minyak tergelincir di awal perdagangan Senin pagi, didorong kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga The Fed.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Harga Minyak Tergelincir di Tengah Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global
Arab News
Harga minyak tergelincir di awal perdagangan pada Senin (3/7/2023) pagi, didorong oleh hambatan ekonomi makro global dan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS mengimbangi perkiraan pasokan yang lebih ketat di tengah pemotongan OPEC Plus. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPORE – Harga minyak tergelincir di awal perdagangan pada Senin (3/7/2023) pagi, didorong oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga lanjutan oleh bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve untuk mengimbangi perkiraan pasokan yang lebih ketat di tengah pemotongan OPEC Plus.

Dikutip dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 20 sen, atau 0,3 persen, menjadi 75,21 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat berada di angka 70,41 dolar AS per barel, turun 23 sen, atau 0,3 persen.

Adanya kekhawatiran perlambatan lebih lanjut yang merugikan permintaan bahan bakar, tumbuh setelah data pada Jumat (30/6/2023) menunjukkan inflasi AS masih melampaui target 2 persen bank sentral dan memicu ekspektasi akan kembali naiknya suku bunga.

"Komentar hawkish tentang suku bunga terus meningkatkan kekhawatiran prospek permintaan yang membebani harga," kata analis National Australia Bank (NAB) dalam sebuah catatan.

Beberapa analis memperkirakan pasokan minyak akan semakin ketat dan mendorong harga lebih tinggi di paruh kedua tahun ini pasca eksportir utama Arab Saudi menjanjikan pengurangan produksi 1 juta barel per hari pada Juli, sementara AS secara bertahap mengisi cadangan minyak strategisnya.

“Kami terus melihat kenaikan dari level saat ini karena pasar diperkirakan akan mengalami defisit pada paruh kedua 2023," kata analis NAB.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Melonjak, Brent Melesat Jadi 77,82 per Barel Imbas Sentimen Negatif Arab Saudi

Berita Rekomendasi

Meski demikian, survei Reuters terbaru menunjukkan produksi minyak OPEC hanya turun sedikit pada Juni karena kenaikan harga di Irak dan Nigeria membatasi dampak pemotongan oleh pihak lain.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas