Di Bisnis Penerbitan Buku dan Novel, 75 Persen Penjualan AKAD Dikontribusi dari Platform Online
Dari 2021 ke 2022, pertumbuhan bisnis AKAD Group mencapai 159 persen. Sementara dari 2022 hingga Mei 2023, bisnisnya dia klaim tumbuh 50 persen.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Disrupsi di industri cetak ikut membawah perubahan lanskap di industri penerbitan buku dan bacaan fiksi seperti novel. Sejumlah perusahaan yang terjun di bisnis ini, menangguk penjualan ke pembaca dari platform online yang jauh lebih besar ketimbang platform offline.
Hal itu antara lain terjadi pada perusahaan penerbitan buku dan novel AKAD Group. Perusahaan yang membawahi empat bendera usaha ini kini menjadi salah satu pemain kuat di industri ini dengan menyasar segmen milenial dan Gen-Z.
Sejak awal grup perusahaan ini memilih metode penjualan online ketimbang offline.
Baca juga: OJK Perketat Penerbitan Surat Utang BUMN, IPO Pertamina Hulu Energi Masih Ditelaah
"Artinya, kami lebih dulu menjual novel-novel kami melalui platform online," kata Andri Agus Fabianto, CEO AKAD Group dalam keterangan tertulis dikutip Rabu, 12 Juli 2023.
Dia menjelaskan, dari sisi ersentase, selama 2021 saja porsi penjualan AKAD di online mencapai 95 persen dan sisanya di offline 5 persen.
Memasuki 2022, porsinya sedikit bergeser dengan 80 persen dari penjualan online dan 20 persen dari penjualan offline. "Pada semester pertama 2023, porsi antara online dan offline menjadi 75 persen berbanding 25 persen," ungkap Andri Agus.
Baca juga: Perekonomian Domestik Dinilai Solid, Pemerintah Terus Berupaya Pertahankan Daya Saing Industri
"Jika mengacu pada angka penjualan online di para reseller toko online, kami hampir selalu menempati peringkat pertama berdasarkan total penjualan mereka," kata dia.
"Berdasarkan penjualan online relasi yang juga menjual buku dari penerbit lain, mereka mengakui kalau penjualan AKAD Group berkontribusi sekitar 50 persen dari total jumlah pendapatan mereka," lanjutnya.
Sementara itu, untuk kategori gerai offline, Andri menambahkan, sebagian besar judul novel keluaran AKAD Group sudah masuk jajaran best seller.
Andri menjelaskan, generasi milenial dan Gen-Z yang sangat melek digital, kendati keseharian mereka tak bisa lepas dari platform digital, ternyata mereka masih menyukai membaca fiksi atau novel dalam bentuk fisik (buku).
"Berdasarkan insight di akun Instagram, Twitter, dan Tiktok--baik akun penerbit maupun penulis di AKAD--rata-rata pengikut akun di platform tersebut berusia 13—17 tahun sebanyak 35%, 18—24 tahun sebanyak 50 persen," bebernya.
"Artinya, 85 persen pengikut kami adalah anak-anak Gen-Z. Itu sebabnya, sejak awal kami menyasar milenial dan Gen-Z," lanjutnya.
Dia menjelaskan, berbeda dengan Generasi Milenial yang membaca buku benar-benar diperuntukkan untuk membaca, maka Gen-Z, yang mayoritas penggemar buku fiksi atau novel, kebiasaan membaca mereka bergeser ke arah yang lebih unik.
Baca juga: Industri Tembakau Dikhawatirkan Lumpuh Jika Iklan Rokok Dilarang Total
"Buku tidak hanya sebagai bahan bacaan, tapi juga sebagai alat untuk bisa masuk ke sebuah komunitas digital (bersosialisasi), kebutuhan konten sosial media, dan FOMO (Fear of Missing Out) atau tidak mau ketinggalan tren," tambah Andri.
Sejak hadir 2021 hingga sekarang, AKAD Group telah memiliki empat perusahaan, yakni AKAD, Skuad, Be Our, dan Tekad.
"Jumlah karyawan kami yang awalnya hanya lima orang pada 2021, saat ini sudah menjadi lebih dari 32 pada semester pertama 2023. Seiring dengan pertumbuhan anak usaha dan karyawan, revenue AKAD Group juga bertumbuh tiap tahunnya," ungkap Andri
Dari 2021 ke 2022, pertumbuhan bisnis AKAD Group mencapai 159 persen. Sementara dari 2022 hingga Mei 2023, bisnisnya dia klaim tumbuh 50 persen.
Diakui Andri, perusahaannya harus melancarkan strategi yang berbeda dengan incumbent ataupun pesaingnya.
Monetisasi Produk
Pertama, melakukan inovasi dalam memonetisasi berbagai produknya. Dia mencontohkan, produk novel AKAD Group dimonetisasi dalam bentuk series di platform OTT (Over the Top) atau film, menproduksi merchandise terkait aneka karakter di dalam fiksi (novel).
Perusahaannya juga berkolaborasi dengan brand, memproduksi album lagu, hingga konser online yang menghadirkan sekaligus menghidupkan para karakter atau tokoh di dalam novel.
Baca juga: Temui Presiden Jokowi, Prabowo Laporkan Kemajuan Industri Pertahanan Indonesia
Kedua, strategi dirancang secara custom atau disesuaikan dengan karakteristik dari para pengikut si penulis maupun AKAD Group.
"Mulai dari membentuk komunitas organik, menggunakan jasa KOL (Key Opinion Leader) dan influencer, menggelar event offline ke sekolah-sekolah dan toko buku offline, menggelar aksi sosial, hingga media sosial internal," urainya.
Ketiga, untuk strategi penjualan di platform online, dituturkan Andri, produk dijual dengan bundling merchandise. AKAD Group juga mendesain cover-nya secara estetik untuk memenuhi kebutuhan foto di media sosial para milenial dan Gen-Z.
Soal target AKAD Group ke depan, Andri mengatakan, setiap tahun perusahaanya memasang target pertumbuhan 30 persen dari tahun sebelumnya.
"Alhamdulillah, pada realisasinya, lebih dari itu. Target selanjutnya adalah melakukan kerja sama dengan perusahaan lain atau brand untuk pengelolaan IP (Intellectual Property) dari karakter fiksi kami. Sebab, potensinya besar sekali di sini. Lalu, kami juga ingin mengembangkan sekolah kreatif, rumah produksi, hingga layanan berbagi untuk sesama," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.