Rabu Pagi, Rupiah Menguat Rp 15.106 Per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Rabu (12/7/2023), dibuka menguat ke Rp 15.128 per dolar AS
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Hendra Gunawan
![Rabu Pagi, Rupiah Menguat Rp 15.106 Per Dolar AS](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gambar-pecahan-uang-rupiah-terbaru-2022-rp5000.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Rabu (12/7/2023), dibuka menguat ke Rp 15.128 per dolar AS.
Hingga sekira pukul 09.15, mata uang Garuda bergerak lanjutkan penguatan ke Rp 15.106 per dolar AS dengan rentang pergerakan di kisaran Rp 15.105 per dolar AS sampai Rp 15.130 per dolar AS.
Berdasarkan data Yahoo Finance dikutip dari Bloomberg, rupiah dibuka berada pada posisi Rp 15.134 per dolar AS dengan kisaran harian Rp 15.099 per dolar AS hingga Rp 15.160 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah Terus Merosot, Mengapa Bisa Terjadi?
Sementara, rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada level Rp 15.162 per dolar AS.
Sebelumnya, Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah berpeluang menuju Rp 15.130 per dolar AS.
"Untuk perdagangan Rabu, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.130 per dolar AS hingga Rp 15.220 per dolar AS," ujar dia mengutip risetnya, Rabu (12/7/2023).
Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah dolar AS melemah pada hari Selasa setelah pejabat Federal Reserve atau Bank Sentral AS isyaratkan mendekati akhir siklus pengetatan kebijakan, meskipun diperdagangkan dalam kisaran ketat menjelang laporan inflasi utama AS.
Beberapa pejabat Fed mengatakan pada hari Senin, bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menurunkan inflasi, tetapi akhir dari siklus pengetatan kebijakan moneter saat ini semakin dekat.
Sementara, pelaku pasar saham sekarang memusatkan perhatian mereka pada data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu, yang akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Fed dalam perjuangannya melawan harga konsumen sangat tinggi.
"Sebuah survei dari Federal Reserve New York pada hari Senin menunjukkan, memudarnya ekspektasi inflasi jangka pendek di antara orang Amerika, yang mengatakan bulan lalu mereka mengharapkan kenaikan inflasi jangka pendek terlemah hanya dalam waktu dua tahun," kata Ibrahim.
Kemudian dari sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni banyak pengamat memperkirakan inflasi pada bulan Agustus dan September 2023 akan turun di bawah 3 persen.
Baca juga: Rupiah Selasa Pagi Dibuka Betah di Rp 15.200 Per Dolar AS
"Sedangkan untuk akhir tahun 2023 inflasi akan berada di atas 3 persen. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bank Indonesia bahwa inflasi berada di jalur melambat, membuat inflasi akan cukup rendah dan Inflasi menunjukan penurunan tajam, bahkan lebih tajam di paruh kedua tahun ini," tutur dia.
Meski demikian, el nino akan menjadi risiko dalam penanganan inflasi khususnya pada inflasi komponen bergejolak atau volatile food.
Namun sejauh ini, dalam delapan hingga sembilan tahun terakhir dampak dari peristiwa el nino di Indonesia tidak terlalu berdampak besar terhadap inflasi.
Jadi jika ada ancaman tersebut, pemerintah akan segera mengambil tindakan karena kenaikan suku bunga saja tidak dapat melakukan apapun untuk peredaan inflasi akibat dampak buruk dari cuaca.
"Dan pemerintah sudah mendukung dengan melakukan langkah-langkah seperti impor beras, guna menjaga harga pangan," pungkas Ibrahim.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.