Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Hilirisasi Sumber Daya Mineral Kunci Percepatan Transisi Energi di Indonesia

Pemerintah mewajibkan pelaksanaan hilirisasi sumber daya mineral termasuk timah untuk mendorong pembangunan ekosistem

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Hilirisasi Sumber Daya Mineral Kunci Percepatan Transisi Energi di Indonesia
Bangka Pos/Bangka Pos / Teddy Malaka
Timah batangan usai dilebur dari smelter. PT Timah merupakan pemasok balok timah terbesar di dunia. 

Laporan Wartawan Tribnnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah mewajibkan pelaksanaan hilirisasi sumber daya mineral termasuk timah untuk mendorong pembangunan ekosistem industri di dalam negeri.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahwa hilirisasi mineral secara terintegrasi antara tambang dan smelter merupakan salah satu upaya dalam mendukung percepatan transisi energi.

"Kekuatan berikutnya bagi peluncur Indonesia ke depan adalah sumber daya alam yang melimpah," kata Airlangga dalam keterangan, Senin (24/7/2023).

Baca juga: Luhut Klaim Program Hilirisasi Berkontribusi Jaga Pertumbuhan Ekonomi RI

Pengelolaan mineral yang dikuasai oleh negara untuk memberikan nilai tambah (Value Added) secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.

Dalam Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara (RPMBN) 2022-2027 yang dikeluarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), percepatan peningkatan nilai tambah salah satunya timah perlu dilakukan koordinasi, sinkronisasi kebijakan dan data antara Kementerian/Lembaga.

"Timah juga peringkat pertama dengan 800 ribu metrik ton atau 0,8 juta metrik ton. Indonesia ini memanfaatkan hilirisasi menjadi kunci, karena hilirisasi adalah manufacturing value added mulai dari hulu sampai dengan ke hilir," jelas Airlangga.

Berita Rekomendasi

"Kemudian pemerintah terus mendorong agar kita berani meningkatkan hilirisasi dari komoditas unggulan, dan kita juga terus mendorong bahwa pengolahan seluruhnya kita lakukan di dalam negeri," tambahnya.

PT Timah Tbk melakukan optimalisasi hilirisasi melalui anak perusahaannya PT Timah Industri yang sudah terbentuk sejak tahun 1998 dengan memproduksi tin solder dan tin chemical di Kota Cilegon, Provinsi Banten.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan mengatakan, perseroan menyerap lima persen dari total produksi.

Baca juga: Bicara Hilirisasi Industri, Prabowo: Gen Z dan Milenial, Masa Depan Kalian Cemerlang

Menurut laporan International Printed Circuit (IPC) dari data 18 produsen solder terkemuka di dunia, tahun 2020 sebanyak 51,756 MT dan tahun 2021 meningkat menjadi 61,593 MT.

Jumlah tersebut hanya gambaran dari 18 produsen, kenyataanya jumlah produksi timah solder jauh lebih besar.

"Saat ini PT Timah memiliki anak perusahaan yang memang melakukan hilirisasi produk logam timah, namun daya serap dari anak perusahaan itu baru lima persen dari total produksi PT Timah, kenapa lima persen karena saat ini pangsa pasar dari produk hilir tak sebesar pangsa dari produk timah," jelas Abdullah.

Timah Industri telah melakukan hilirisasi logam timah dengan membuat produk tin chemical dan tin solder untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor ke Amerika, India, China, Taiwan dan beberapa negara Eropa.

PT Timah Industri melakukan pembangunan pabrik tin solder powder dua line menggunakan teknologi canggih yang rencananya akan selesai pembangunan pada Januari 2024 dan komersial pada April 2024.

Tin solder powder ini rencananya memiliki kapasitas produksi 100 ton per tahun menggunakan dua line produksi yang ada, dan memiliki bangunan tersendiri dari produk yang lainnya.

“Teknologi dari Prancis dengan perusahaan Innovative Materials and Technologies (IMT) France Sarl. Kami sudah melihat kesana dan ada dua line yang akan kami bangun di pabrik tin solder powder ini," kata Direktur Utama PT Timah Industri Ria Wardhaniz

Timah Industri memiliki 3 pabrik kimia dan 1 pabrik tin solder yaitu Stannic Chloride (SnCl4) berkapasitas 3.000 ton dengan merek BANKASTANNI C, Dimethyltin Dichloride (DMT) berkapasitas 8.000 ton dengan merek BANKASTAB DMT Series, kemudian, Methyltin Stabilizer (MTS) berkapasitas 10.000 ton dengan merek BANKASTAB MT Series, dan tin solder berkapasitas 2.000 ton dengan merek BANKAESA.

Produk tin solder digunakan pada industri elektronik dan otomotif, sedangkan tin chemical digunakan pada industri Polyvinyl chloride (PVC) sebagai bahan aditif tin stabilizer untuk pembuatan pipa konstruksi, profil, plastik PVC transparan dan lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas