Ada Gejolak Pasar Keuangan Global, Sri Mulyani: Stabilitas Sistem Keuangan Masih Terjaga
stabilitas sistem keuangan triwulan II tahun 2023 masih terjaga ditengah dinamika pasar keuangan global.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan, stabilitas sistem keuangan (SSK) triwulan II tahun 2023 masih terjaga ditengah dinamika pasar keuangan global.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sekaligus Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers di Kantor OJK, Selasa (1/8/2023).
"Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) triwulan II tahun 2023 terus terjaga di tengah dinamika perekonomian dan pasar keuangan global," ujar Menkeu Sri Mulyani.
Baca juga: Devisa Hasil Ekspor Atur Empat Sektor, Menkeu Sri Mulyani: Ada Tambahan 260 Jenis Barang
Menkeu Sri Mulyani, mengatakan pihaknya bersama Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus berkomitmen untuk melanjutkan penguatan koordinasi serta kewaspadaan terhadap perkembangan risiko global ke depan.
"Termasuk rambatannya pada perekonomian dan sektor keuangan domestik," jelasnya.
Meski begitu, Menkeu Sri Mulyani menyatakan ketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi. Hal itu selaras dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi proyeksi pertumbuhan global menjadi 3,0 persen (yoy) di 2023.
Menurut Menkeu Sri Mulyani, nilai tersebut dinilai sedikit lebih baik dari proyeksi April 2023 yaitu 2,8 persen secara tahunan (yoy).
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Soroti Pentingnya Standardisasi Aturan Kripto di Tingkat Global, Ini Alasannya
"Tekanan inflasi di negara maju masih relatif tinggi dipengaruhi oleh perekonomian yang lebih kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat," ungkap Menkeu Sri Mulyani.
Di sisi lain, bendahara negara mengatakan, perekonomian triwulan II 2023 diperkirakan masih tumbuh kuat, hal itu ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.
"Sebagaimana ditunjukkan oleh PMI Manufaktur yang meningkat ke level 53,3 pada Juli 2023, lebih tinggi dibandingkan Juni 2023 sebesar 52,5," jelasnya.
Kata dia, perkembangan tersebut juga disertai Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Penjualan Ritel yang masih terus bertumbuh.
"Meskipun investasi bangunan masih relatif tertahan, namun investasi nonbangunan masih terindikasi ekspansif. Hal ini sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan berlanjutnya hilirisasi," terangnya.