Mal Blok M Menolak Mati: Ditopang Transjakarta dan Pedagang Thrifting
Di sudut lorong, ada para pedagang baju thrifting yang seakan menjelma menjadi oase di tengah padang pasir.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Salah seorang pengunjung bernama Apip (15) mengatakan bahwa ia mengetahui ada yang berjualan thrifting di sini dari media sosial TikTok. Saat diwawancara, ia tampak sudah menenteng satu kantong berisi baju.
"Ini mau jalan-jalan. Tadi beli celana sama jaket," kata Apip yang datang bersama dua orang temannya.
Menurut dia, kondisi Mal Blok M lebih ramai dibanding saat bulan lalu ia menyambangi tempat ini.
Tiba dengan Transjakarta dari Meruya, Jakarta Utara, Apip menyatakan akan kembali lagi ke Mal Blok M apabila sewaktu-waktu ingin membeli baju thrifting lagi.
Daya tarik baju-baju thrift di Mal Blok M tidak main-main. Dengan model yang bermacam-macam dan harga yang rata-rata dibanderol tak sampai Rp 200 ribu, tidak heran pengunjung ingin berbelanja di sini.
Lanjut ke arah halte Transjakarta, ada area yang menawarkan berbagai macam pilihan kuliner. Tak hanya itu, beberapa kios juga tampak memperjualbelikan aksesoris elektronik.
Kios penjual aksesoris elektronik tesebar di beberapa sudut ruangan. Ada juga yang menjajakan dagangannya di tengah area tersebut.
Sore itu orang lalu lalang bersama teman, pasangan, dan keluarga. Rata-rata dari mereka datang dari arah halte Transjakarta.
Kehadiran Transjakarta sendiri memang memegang peranan krusial untuk Mal Blok M. Hal tersebut diakui oleh Endar (31), seorang penjual nasi ayam yang sudah berdagang sejak 2017.
Ia bercerita, sebelum pandemi melanda, omzetnya selama sehari bisa mencapai Rp4 juta. Namun, setelah itu, ia mengatakan pernah hanya menjual dua porsi dalam sehari atau sekitar Rp60 ribu.
"Sebelu pandemi, omzet sampai Rp4 juta. Paling rendah Rp2 juta. Pas pandemi saya (pernah) dua porsi sehari. Rp60 ribu. Untung ada kompensasi biaya sewa per bulan (dari pengelola Mal Blok M)," ujar Endar.
Saat ini, bisnis Endar perlahan mulai bangkit kembali. Dalam sehari, ia meruap omzet sebesar Rp1-2 juta. Belum pulih sepenuhnya, tetapi ia tetap bersyukur.
Endar menyebut kehadiran halte Transjakarta Blok M sangat membantu. Tidak terbayang di benaknya andaikan tak ada transportasi umum tersebut.
Menurut dia, keberadaan transportasi umum yang diresmikan pertama kali pada 2004 ini, memegang peranan krusial.
"Transjakarta membantu. Kalau enggak ada, mau gimana nih (nasib Mal Blok M). Ini masih kebantu sama Transjakarta. Kalau enggak ada, pasti anjlok banget," katanya.