Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bambang Haryo Dorong Pembangunan Rel Kereta Api Trans Sumatera, Tumbuhkan Perekonomian Sumatera

Masih sekitar 1.300 kilometer yang belum terhubungkan rel kereta api dari sekitar 3.500 kilometer panjang rel Trans Sumatera.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Bambang Haryo Dorong Pembangunan Rel Kereta Api Trans Sumatera, Tumbuhkan Perekonomian Sumatera
HO
Bambang Haryo Soekartono (BHS) saat meninjau operasional kereta api Stasiun Kertapati, Kota Palembang, Sabtu (5/8/2023) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Kereta api reguler (biasa) berbasis rel dinilai mampu menghidupkan perekonomian dengan mengangkut penumpang dan logistik (barang) dengan jumlah massal.

Sehingga dengan kuantitas yang besar angkutan penumpang dan logistik bisa menumbuhkan dan menghidupkan perekonomian di wilayah Sumatera.

Hal tersebut diungkapkan oleh Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono (BHS) saat meninjau operasional kereta api Stasiun Kertapati, Kota Palembang, Sabtu (5/8/2023) malam.

Baca juga: Rampungkan Tahap 1 dan 2 Trans Sumatera, Hutama Karya Masih Butuh Dana Rp 30 Triliun

Untuk saat ini Trans Sumatera sudah terhubungkan separuh dari panjang rel yang telah dibangun di jaman Hindia Belanda dan masih sekitar 1.300 kilometer yang belum terhubungkan rel kereta api dari sekitar 3.500 kilometer panjang rel Trans Sumatera.

Dan harusnya menjadi prioritas utama bagi pembangunan yang ada di wilayah Sumatera, bukan kereta cepat atau LRT.

Untuk membangun 1.300 kilometer membutuhkan biaya sekitar Rp 40 triliun dengan harga perkilometernya rel rata rata sekitar Rp 30-40 miliar.

"Harga tersebut setara dengan 3 kalil ipat biaya pembangunan LRT di Palembang yang hanya menghasilkan pendapatan untuk saat ini sebesar Rp 15 MilIar pertahun," ujar Bambang Haryo yang akrab disapa BHS.

BERITA TERKAIT

Alumni ITS Surabaya ini juga mengatakan, sebagai contoh angkutan kereta api dijalur Palembang - Lampung dengan jarak sekitar 230 kilometer saat ini sudah mengoperasikan 3 rangkaian kereta penumpang.

"Setiap rangkaian terdiri dari 10 gerbong penumpang dengan kapasitas 60 tempat duduk pergerbong yang total menghasilkan pertahunnya sekitar Rp 50 miliar dengan asumsi setiap keberangkatan load factor rata rata sekitar 70 persen," ujar Bambang Haryo.

Menurut dia dil intasan tersebut juga mengoperasikan 60 rangkaian kereta barang perhari, yang setiap rangkaian kereta terdiri dari 61 gerbong barang yang bermuatan 50 ton setiap gerbong.

Sehingga perharinya terangkut sekitar 186 ribu ton barang (Data dari KAI Pusat dan KAI Sumatera Selatan) yang nilainya jauh lebih besar daripada pendapatan LRT pertahunnya.

Apalagi keberangkatan dari Palembang juga ada yang menuju ke Lubuklinggau arah utara Palembang yang berjarak sekitar 300 kilometer dengan jumlah rangkaian kereta penumpang dan barang jauh lebih besar daripada yang menuju ke Lampung.

"Load factor kepadatan rangkaian ini masih bisa di maksimalkan dengan penambahan rangkaian kereta api dijalur tersebut dan ini jelas bisa berfungsi untuk memindahkan kepadatan jalan raya di angkutan penumpang dan logistik," ujar Bambang Haryo.

Tentunya, menurut dia, juga bisa menghemat biaya kerusakan infrastruktur akibat angkutan ODOL serta mengurangi jumlah kecelakaan di jalan raya, dan juga bisa menumbuhkan ekonomi secara cepat karena dihidupkannya transportasi super massal penumpang dan logistik kereta api.

"Apalagi kalau kita merealisasikan pembangunan rel Sumatera, maka tidak hanya PT. KAI bisa membiayai investasi relnya tetapi juga bisa menumbuhkan ekonomi wilayah - wilayah yang saat ini belum terhubungkan dengan rel kereta api disepanjang rel trans Sumatera," kata Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.

"Dan ini tentu jauh lebih efektif dibandingkan dengan membangun kereta api cepat atau LRT yang hanya mengangkut penumpang saja dalam jumlah kecil yang kurang bermanfaat untuk pembangunan ekonomi dan malah menggerus APBN," ujarnya menambahkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas