Pertamina Tak Bisa Jalankan Transisi Energi Sendiri yang Butuh Rp1.000 Triliun, Minta Bantuan Swasta
Hingga saat ini Pertamina juga telah menjalin kemitraan dalam transisi energi dan dekarbonisasi untuk EV Ecosystem, Nature Based Solution.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, pihaknya membuka pintu kerjasama kepada pihak swasta terkait program transisi energi yang tengah dijalankan Perseroan.
Nicke mengatakan, pihaknya memiliki peranan penting dalam aspek pengembangan energi hijau dan pengurangan emisi.
Tentunya upaya Pertamina tersebut tidak dapat dilakukan sendiri, dibutuhkan kerjasama dengan banyak pihak salah satunya perusahaan swasta nasional.
Baca juga: Sektor Swasta Dukung Pemerintah Percepat Transisi Energi dan Hilirisasi Mineral
Nicke menjelaskan walau bahan bakar fosil masih menjadi mayoritas dari konsumsi energi primer global di tahun 2022 namun berbagai negara sudah bergerak menuju energi hijau dan program dekarbonisasi.
Indonesia kedepannya memiliki peran kunci karena luas wilayah, lokasi strategis dan sumber daya alamnya yang melimpah.
"Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar di masa depan. Salah satunya dalam aspek sumber energi baru dan terbarukan (EBT), hal ini bisa menjadi salah satu peluang kita untuk menciptakan bisnis untuk transisi energi kedepan. Salah satunya adalah Indonesia memiliki potensi 400 Giga Tons potential CCUS clusters,” jelas Nicke dalam pernyataannya, Selasa (15/8/2023).
Memahami bahwa potensi tersebut harus segera ditangkap, Pertamina melakukan berbagai upaya transisi energi.
Meliputi pengembangan Bio Energy, Geothermal, Hydrogen, EV Battery and Energy Storage System (ESS), Gasification, Nature Based Solution, Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), dan Ammonia.
Lebih lanjut Nicke menjelaskan bahwa untuk menjalankan seluruh program tersebut maka dalam 5 tahun kedepan Pertamina menganggarkan 68 miliar dolar AS atau sekitar 1.000 triliun.
Dengan komposisi sekitar 43,8 persen untuk Fossil Fuel, 41,7 persen untuk Petrochemical dan 14,5 persen untuk Green Business.
“Dari semua hal ini, kami, Pertamina terbuka untuk bekerjasama dari sisi investasi dengan pihak swasta. Belum lagi jika kita bicara dari segi posisi sebagai supplier, kontraktor dan lainnya, sehingga potensinya sangat besar," paparnya.
Nicke meyakini bahwa kolaborasi merupakan kunci transisi energi menuju energi hijau.
Hingga saat ini Pertamina juga telah menjalin kemitraan dalam transisi energi dan dekarbonisasi untuk EV Ecosystem, Nature Based Solution, dan Green Industrial Cluster.
"Sinergi BUMN dengan swasta dalam negeri juga mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan 5.600 partisipasi vendor atau manufaktur lokal, 82.000 orang tenaga kerja dan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN sebesar 60,6 persen,” pungkas Nicke.