Sambangi Serang, Menparekraf Sandiaga Uno Menjajal Skili Membatik Ecoprint
Sandiaga Uno ditantang membuat batik ecoprint dengan teknik shibori oleh para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Serang, Banten.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno ditantang membuat batik ecoprint dengan teknik shibori oleh para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Serang, Banten.
Menparekraf Sandiaga bersama Pj Gubernur Banten Al Muktabar ditantang pemilik usaha batik ecoprint Cahaya Cinta Carenang Vina untuk mencoba langsung proses batik ecoprint dengan teknik shibori.
Teknik shibori di Indonesia banyak dikenal untuk diaplikasikan di kain dengan teknik serupa misalnya di Jawa ada jumputan, Banjarmasin dinamakan sasirangan, ataupun di Palembang dikenal dengan pelangi.
“Ini sebagai salah satu inovasi bagi pelaku kriya, dan cara ini juga sebagai upaya memuliakan lingkungan dan kelestarian alam,” ujar Sandiaga Uno saat kegiatan Workshop Peningkatan Inovasi dan Kewirausahaan Kabupaten/Kota Kreatif (KaTa Kreatif) di Plaza Aspirasi, Serang, Banten, ditulis Minggu (20/8/2023).
Indonesia memiliki beraneka ragam batik yang tersebar di berbagai daerah yang setiap daerahnya memiliki motif atau ciri khas serta makna yang berbeda-beda.
Selain itu, ada beragam jenis teknik dalam pembuatan batik, seperti teknik canting tulis, teknik printing, teknik colet, dan teknik celup ikat atau jumputan.
Batik jumputan bisa diartikan sebagai salah satu jenis batik yang dibuat melalui cara menghias dengan ikat celup.
Baca juga: Membatik Jadi Pilihan Favorit Pengunjung Museum Tekstil
Cara kerja batik jumputan adalah dengan mengikat kencang beberapa bagian kain kemudian dicelupkan pada pewarna pakaian.
Vina, owner dari Cahaya Cinta Carenang menjelaskan, produk yang ia buat adalah inovasi dari produk batik ecoprint yang dikombinasikan dengan teknik shibori (teknik melipat dan pengikatan serta pewarnaan), yang membuat produk ini berbeda dari ecoprint biasanya.
Teknik pewarnaan dengan cara diikat dan dicelup dalam larutan pewarna. Dalam pembuatan shibori bahan yang digunakan adalah kain putih katun, glossy, dan pewarna kain.
Baca juga: Dubes MIKTA dan 50 Warga Afrika Selatan Antusias Belajar Membatik
“Pewarnanya dari kunyit untuk warna kuning, secang untuk warna orange, teger untuk warna cokelat, indigo untuk warna biru, dan daun jati untuk ungu,” ujarnya.
Selain itu usaha yang dirintis Vina, sudah mengurangi penggunaan plastik, kecuali untuk pembelian melalui platform online untuk kemasan. Bagi konsumen yang membeli langsung diberikan kemasan khusus yang ramah lingkungan.
“Untuk bahan ecoprint tersebut harganya Rp 200 ribu dan bisa dipakai untuk pakaian, kain, dan jilbab,” pungkasnya.