Konsumsi Produk Domestik Dinilai Jadi Cara Tekan Dominasi Produk China di Indonesia
China fokus untuk mengembangkan tiga aspek yang sangat penting bagi masa depan, yakni infrastruktur, teknologi, dan edukasi.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Content Creator dan Founder Sevenpreneur Raymond Chin menggagas Revolusi Lokal gerakan yang mengajak masyarakat untuk membeli dan menjadi konsumen produk lokal, baik di pasar domestik maupun global.
Bertepatan dengan Hari Pelanggan Nasional yang jatuh pada tanggal 4 September, gerakan Revolusi Lokal muncul karena kondisi pasar Indonesia yang didominasi oleh produk dan perusahaan asal China.
"Ini penjajahan era modern dan kita lagi di posisi yang kalah telak," ujar Raymond dalam keterangannya, Senin (4/9/2023).
Baca juga: Pengusaha Akan Gugat Soal Batas Nilai Barang Impor Rp1,5 Juta, Mendag: Silakan Aja!
Pengusaha muda itu menganalisis bagaimana China bisa mengalami kemajuan seperti ini.
Dia menyebut bahwa China fokus untuk mengembangkan tiga aspek yang sangat penting bagi masa depan, yakni infrastruktur, teknologi, dan edukasi.
Dengan demikian, investasi dari negara asing membanjiri China.
Itu berarti, masyarakat setempat akan mendapatkan penghasilan dan pengetahuan, yang secara tidak langsung akan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
Negara pun mendapatkan pemasukan dari pajak dan digunakan untuk memperkuat infrastruktur.
Kemudian dari sisi edukasi, pemerintah China tidak tanggung untuk memberikan upah yang sangat besar bagi para pengajar hingga puluhan juta rupiah per bulannya.
Ironisnya, hal ini sangat terbalik dengan gaji guru di Indonesia yang masih jauh dari ambang sejahtera.
Ringkasnya, infrastuktur yang kuat dengan SDM yang tinggi membuat China tidak kehabisan inovasi dalam hal teknologi yang diproyeksikan bakal menjadi investasi paling mahal di masa depan.
Diketahui, kondisi ekonomi Negeri Tirai Bambu di negerinya sendiri sudah mengalami stagnan dalam dua tahun belakangan ini, sehingga pemerintah China menjajah negara lain untuk terus mengembangkan perekonomiannya.
Di sisi lain, Indonesia menjadi sasaran empuk bagi China dengan memanfaatkan sifat konsumerisme orang-orang Indonesia.
Sayangnya, masyarakat Indonesia sendiri belum banyak yang mengetahui penjajahan ini yang menurut Raymond masih berada pada tahap awal.
Sebagai contoh untuk produk skincare. Berdasarkan data dari marketplace yang telah diolah, produk skincare asal China berhasil membalikkan keadaan dalam kurun dua tahun saja.
Pada tahun 2020, pangsa pasar produk skincare China di Indonesia hanya 5,7 persen saja.
Namun pada 2022, penguasaan pasarnya meroket hingga 57,2 persen, mengalahkan skincare buatan lokal.
Sedangkan di sektor industri lainnya, beberapa merek kenamaan seperti OPPO, Vivo, Xiaomi, Aice, Mobile Legends Bang Bang, Mixue, TikTok, Shopee, dan The Originote, selalu berada di daftar teratas kategori produk mereka masing-masing.