Konsorsium PGN dengan JGC dan Inpex Mulai Pengembangan Proyek Biomethane
PGN dan Inpex Coorporation memulai kajian mendalam mengenai komersialisasi biomethene yang berasal dari Palm Oil Mill Effluent di Indonesia.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina, JGC Holdings Corporation (JGC) Osaka Gas Co., Ltd, Inpex Coorporation memulai kajian mendalam mengenai komersialisasi biomethene yang berasal dari Palm Oil Mill Effluent (POME) di Indonesia.
Fase ini melibatkan penilaian teknis supply chain, produksi dan pasokan biomethane dengan asumsi produksi biomethane dimulai di Sumatera Bagian Selatan pada 2025.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Harry Budi Sidharta mengatakan konsorsium nantinya akan menggunakan jaringan pipa gas bumi PGN untuk mendistribusikan biomethane berbahan POME yang bahan bakunya dari perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan.
Baca juga: PTPN IV Kembangkan Compressed Biomethane Gas untuk Energi Ramah Lingkungan Bareng Malaysia
Di mana beberapa perkebunan kelapa sawit telah menandatangani Nota Kesepahaman dalam pengadaan bahan baku POME.
“Pada proyek ini, PGN akan menyediakan fasilitas pipeline injection dan pipa gas bumi yang telah memiliki akses yang baik dengan POME sebagai bahan bakunya,” kata Harry dikutip Selasa (26/9/2023).
“Biomethane yang diproduksi dari proyek ini, diharapkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gas industri dan demand pelanggan di Indonesia, tetapi juga sebagai bukti Pertamina Group dan partner dalam hal ini JGC, INPEX, dan Osaka Gas berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan renewable energy,” lanjutnya.
Baca juga: VIDEO PGN Gandeng Tiga Perusahaan Jepang dan PTPN Garap Proyek Biomethane
Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia yang berkontribusi 4,5 persen dari PDB dan mempekerjakan hampir 3 juta orang produksi minyak kelapa sawit menyisakan limbah POME yang kaya akan bahan organik yang menghasilkan emisi metana dalam jumlah besar.
Diperkirakan, emisi metana memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dibandingkan CO2.
Proses produksi ini nantinya akan menangkap gas methane yang dilepaskan ke atmosfer dari POME, untuk kemudian dimurnikan menjadi gas biomethane dan disalurkan melalui jaringan pipa gas bumi dan infrastruktur eksisting lainnya ke pelanggan di Indonesia.
Dengan demikian proyek Biomethane ini akan memberikan manfaat berupa pengurangan emisi gas methane, mengurangi emisi karbon, dan memenuhi kebutuhan gas bumi di Indonesia.
Kedepannya, skala operasi proyek ini diperkirakan dapat meluas ke seluruh Sumatera dan Kalimantan, karena pihak-pihak dalam proyek ini mempertimbangkan untuk penyediaan bio-LNG liquified dari biomethane sebagai bahan bakar bunker, ekspor bio-LNG ke Jepang maupun negara lainnya, dan potensi bisnis lainnya.
Proyek ini pun telah diperkenalkan di Asia Zero Emission Community (AZEC) Ministreal Meeting pada Maret 2023 sebagai inisiatif yang berkontribusi terhadap netral karbon di Asia.
JGC telah mempercepat inisiatif transisi energinya, mengupayakan pengurangan emisi dan dekarbonisasi yang sejalan dengan visi manajemen jangka panjang pada Mei 2021 dan rencana bisnis jangka menengah (Visi 2040 dan BSP 2025).