Cuaca Panas Ekstrem Tak Dongkrak Penjualan AC, Perprindo: Pasar Sedang Lesu, Ekonomi Melemah
Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) mengungkap, memang ada peningkatan penjualan
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cuaca panas ekstrem yang belakangan ini melanda banyak wilayah di Indonesia ternyata tak begitu berpengaruh pada penjualan penyejuk udara atau air conditioner (AC).
Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) mengungkap, memang ada peningkatan penjualan, tetapi tak signifikan.
"Penjualan AC ada sedikit mengalami peningkatan karena cuaca panas sehingga banyak masyarakat yang membutuhkan AC," kata Sekretaris Jenderal Perprindo Andy Arif Widjaja kepada Tribunnews, dikutip pada Jumat (13/10/2023).
Baca juga: Hiraukan Cuaca Panas di Mandalika, Marc Marquez Asyik Motoran di Belakang Paddock
"Walaupun kebutuhan AC meningkat karena panasnya cuaca, tidak semua masyarakat langsung membeli AC, sehingga tren penjualannya tidak meningkat secara signifikan," lanjutnya.
Alasannya, terjadi penundaan dalam pembelian produk elektronik, khususnya AC, karena pasar sedang dalam kondisi lesu.
Andy menyebut pasar tengah mengalami penurunan karena banyak faktor seperti ekonomi yang melemah dan tekanan dari kenaikan bahan pokok akibat situasi global.
Selain itu, ada faktor mata uang rupiah yang akhir-akhir ini melemah signifikan, ditutupnya social commerce baru-baru ini, tahun politik, dan masih ada sederet faktor lainnya.
"Untuk kondisi supply AC di pasaran saat ini masih dapat mencukupi kebutuhan pasar, tetapi situasi pasar masih kurang baik karena faktor yang dijelaskan di atas," ujar Andy.
Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi cuaca panas masih akan berlanjut hingga Oktober ini.
Suhu panas di bulan Oktober ini bisa mencapai 36 derajat celcius.
Bahkan di sejumlah wilayah bisa mencapai 40 derajat celcius.
Karena itu masyarakat terus diimbau untuk selalu menggunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan.
Baca juga: Jumlah Titik Panas Meningkat, Pemerintah Akan Terus Pantau Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
Kondisi suhu udara yang panas juga dikaitkandengan fluktuasi radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari.
Adapun indikator nilai indeks sinar UV adalah:
Mulai dari Low indeksnya dari 0 - 2.
Moderat dari 2 - 5, lalu High 6 - 7, Very High 8 - 10, serta extreem 11 - seterusnya.
"Secara umum polanya pada pagi hari berada dalam kategori low. Semakin siang maka high, very high, hingga sangat tinggi atau ekstrem," urainya.
Ia menyebut, paparan sinar UV paling tinggi terjadi antara pukul 12.00 - 15.00 waktu setempat.
"Kemudian tren nya turun menjadi rendah sore hingga malam hari," ucapnya.
"Karena intensitas UV yang bisa mencapai sangat tinggi maka kami imbau selalu melindungi diri atau menggunakan tabir surya," kata Dwikorita.