Di Forum Bisnis Indonesia- Jepang, Wagub Aichi Dorong Industri Otomotif Jepang Ekspansi ke RI
Perusahaan otomotif di Prefektur Aichi, Nagoya, Jepang siap memperluas ekspansinya ke Indonesia.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, NAGOYA - Perusahaan otomotif di Prefektur Aichi, Nagoya, Jepang siap memperluas ekspansinya ke Indonesia.
Wakil Gubernur Prefektur Aichi Furumoto Shinichiro, mengatakan selama 45 tahun Aichi menjadi kota industri utama di Jepang. Saat ini, sudah ada 250 perusahaan asal Aichi yang ekspansi ke Indonesia.
"Perusahaan Aichi siap memperluas investasinya di Indonesia," ujar Furumoto Shinichiro di acara Indonesia-Japan The 2nd Autoparts Business Forum di Nagoya Garden Space, Nagoya, Jepang, digelar Jumat (27/10/2023). Acara ini untuk memperingati 65 tahun hubungan Indonesia-Jepang.
Baca juga: TMMIN: Bisnis Forum Indonesia-Jepang Bantu Industri Komponen Nasional Perluas Pasar Ekspor
Hadir dalam acara ini Dubes RI Untuk Jepang Heri Akhmadi, Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transformasi dan Elektronik (Ilmate) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufik Bawazier dan Deputi Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti. Hadir juga Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, Ketua Gabungan Alat Industri Mobil dan Motor (GIAMM) Hamdhani Salim, Managing Executive Officer MUFG Masasi Onodera.
Furumoto Shinichiro mengatakan, pada tahun ini di bulan Desember akan diselenggarakan pameran perdagangan di Indonesia. Prefektur Aichi akan mendukung ekspansi dan investasi di Indonesia dengan berpartisipasi pada aktivitas tersebut.
"Kami harap bisa menambah investasi otomotif di Indonesia," ujarnya.
Furumoto Shinichiro, curhat pihaknya iri dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar.
Menurutnya, di Aichi agak sulit untuk menambah penumbuhan penduduk. Pasalnya, anak muda di sini tidak mau menikah dan memiliki anak. Dia bercerita, pernah berkunjung ke Indonesia dan melihat anak muda di sana sangat bahagia. Mereka semangat untuk berkeluarga.
“Ini sangat berkaitan dengan manufaktur, jika jumlah penduduk tidak bertambah, industri tidak akan berkembang dan sulit menjualnya,” ujarnya.