Pengamat: Peran Negara Krusial Pastikan Pemerataan Distribusi Bahan Bakar Pesawat
Negara perlu memberikan perhatian kepada badan usaha terutama terkait penyediaan avtur di bandara-bandara perintis.
Penulis: Sanusi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mobilitas masyarakat diproyeksi semakin tinggi seiring dengan makin menggeliatnya perekonomian nasinoal.
Hal ini memberikan dampak pada sektor transportasi tidak terkecuali transportasi udara. Untuk itu pemerintah didorong untuk tetap terlibat dalam penyediaan bahan bakar pesawat sehingga bisa memastikan ongkos transportasi bisa terjangkau bagi masyarakat.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, mengatakan keterlibatan pemerintah adalah hal yang sangat wajar dan justru wajib. Apalagi jika melihat kondisi geografis Indonesia berupa negara kepulauan sehingga banyak lokasi bandara yang terletak di pulau-pulau dan tidak mudah dalam mengaksesnya.
Baca juga: Kemenhub Belum Terima Surat dari INACA soal Usulan Penghapusan Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Menurut dia, negara perlu memberikan perhatian kepada badan usaha terutama terkait penyediaan avtur di bandara-bandara perintis. Terlebih lagi pada bandara di lokasi 3T umumnya pangsa pasar masih belum memenuhi aspek keekonomian bisnis.
"Pada dasarnya hal tersebut menjadi tanggungjawab pemerintah. Akan tetapi jika ada pihak lain (BUMN/Swasta) yang telah terlibat alangkah baiknya jika pemerintah menjadi mitra dan sekaligus fasilitator," ungkap Komaidi di Jakarta, Selasa (14/11/2023).
Dia menilai sejauh ini distribusi penyediaan avtur sudah berjalan baik. Indikator yang dapat dilihat adalah relatif tidak terdapat permasalahan terkait keberlanjutan pasokan avtur yang dikelukan oleh maskapai yang eroperasi di Indonesia.
Ketua Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association / INACA) Denon Prawiraatmadja, mengungkapkan keandalan penyediaan pasokan avtur di Indonesia disiapkan dalam waktu singkat.
"Dalam menyiapkan persediaan avtur kedepan, tidak bisa direncanakan ‘Tanpa Konsep Perencanaan Pertumbuhan’ Industri penerbangan 10 tahun kedepan atau lebih," jelas Denon.
Jika membicarakan perencanaan maka harus dipikirkan juga jenis bahan bakarnya. Ke depan lingkungan akan menjadi fokus. Sektor transportasi udara juga menghadapi tuntutan untuk menurunkan emisi sehingga jenis bahan bakar juga akan menjadi kunci dalam memastikan keandalan pasokan bahan bakar pesawat.
Pertamina belum lama ini baru meluncurkan produk bahan bakar pesawat terbaru yang ramah lingkungan yaitu Bioavtur Sustainability Aviation Fuel (SAF) J2.4. Bahan bakar ini diproduksi di Refinery Unit IV Cilacap.
Menurut Denon, salah satu opsi penggunaan bahan baku untuk SAF adalah UCO ( used coocking oil ) atau tebu. "Ini akan meringankan beban biaya maskapai," ujar dia.
Denon menuturkan apabila dua isu tersebut bisa dikelola dan diatasi maka pendistribusian bahan bakar pesawat akan lebih optimal.
"Setelah dua hal penyehatan pasokan avtur di atas, otomatis pendistibusiannya akan mudah di tata untuk dua dekade ke depan," jelas Denon.