Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kualitas Masih Rendah, Industri Ogah Pakai Garam Lokal

Masalah kurangnya produksi garam untuk memenuhi kebutuhan industri masih belum terselesaikan hingga sekarang.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kualitas Masih Rendah, Industri Ogah Pakai Garam Lokal
SURYA/WILLY ABRAHAM
Ilustrasi petani garam di Jawa Timur 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masalah kurangnya produksi garam untuk memenuhi kebutuhan industri masih belum terselesaikan hingga sekarang.

Kebutuhan garam nasional yang mencapai 4,7 juta ton pertahun baru bisa terpenuhi sekitar 41 persennya atau sekitar 1,9 juta ton.

Dari produksi 1,9 juta ton hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, belum bisa memasak untuk industri. Akhirnya, 2,8 juta ton kebutuhan industri masih diimpor.

Baca juga: Agus Fatoni: Industri Kecil dan Menengah Berperan dalam Pemulihan Ekonomi Sumsel Pascapandemi

Ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara, menyampaikan selama ini garam yang dihasilkan petani belum bisa memenuhi syarat untuk kepentingan industri.

"Kebutuhan nasional 4,7 juta ton. Sementara panen pendek karena cuacanya, paling 1,9 juta ton. Jadi masih jauh memenuhi kebutuhan untuk industri aneka pangan, industri farmasi dan industri Chlor Alkali Plant (CAP).

Yang paling besar kebutuhan untuk CAP perkiraan 2,7 juta ton. Kebanyakan saat ini produksi garam masih diserap hanya untuk konsumsi, belum ke industri, karena kualitasnya masih rendah," tutur Cucu, Senin (4/12/2023).

Berita Rekomendasi

Untuk memenuhi kebutuhan itu industri CAP impor garam sebanyak 2,7 ton harus dilakukan, impor garam aneka pangan 600.000 ton dan industri farmasi harus impor sekitar 6.000 ton.

"Industri ini punya spesifikasi garam khusus untuk daya saing industri, tapi produksi dalam negeri belum bisa memenuhi," ucapnya.

Petani Garam Asal Madura Ahmad Sanusi, menerangkan pabrikan yang menyerap garam menyebut untuk konsumsi sudah memenuhi persyaratan, tapi industri belum.

Baca juga: Kebutuhan Produksi Garam Nasional Tuntut Peningkatkan Kapasitas

Ia mengaku kesulitan membangun pelanggan dari kalangan pabrikan, sebab saat sudah terjalin, standar kualitas menjadi kendala.

"Setelah terjalin hubungan baik dengan pelanggan pabrikan, tapi barangnya tidak ada. Ini menjadi PR kita ke depan, karena kebutuhan sangat besar. Kami mohon dievaluasi apa yang menjadi keinginan nasional, termasuk kebutuhan industri," jelasnya.

Kapasitas produksi garam milik Sanusi mencapai 30.000 ton per-tahun dan biasanya diserap oleh Unit Pengolah Garam (UPG).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas