Pertama Kalinya Sejak Jadi Tersangka ICC, Putin Akan Kunjungi Timur Tengah
Negara-negara yang bakal dikunjungi adalah Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Iran yang selama ini menjadi sekutu setianya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi Timur Tengah pada Rabu (6/12/2023).
Negara-negara yang bakal dikunjungi adalah Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Iran yang selama ini menjadi sekutu setianya.
Bila kunjungan ini terlaksana, maka ini menjadi kunjungan pertama Putin ke Timur Tengah semenjak menjadi buronan pengadilan kriminak internasional atau ICC sejak meletusnya perang Ukraina-Rusia.
Russia Today hari ini, Selasa (5/12/2023) melaporkan rencananya kedatangan Putin tersebut akan membahas isu-isu yang berkaitan dengan Timur Tengah.
Baca juga: Perang Berlanjut, Vladimir Putin Tambah Jumlah Angkatan Bersenjata Rusia hingga 170.000 Tentara
Kunjungan terakhir ke Timur Tengah, Putin akan bertemu dengan Presiden Iran, Ebrahim Raisi.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, mengatakan, Putin akan mengunjungi Uae dan Arab Saudi pada hari Rabu dan membahas hubungan bilateral dan kerja sama di sektor minyak, serta masalah internasional dan regional, termasuk konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung.
“Namun yang pertama dan terpenting adalah masalah hubungan bilateral,” tegas Peskov, seraya menekankan bahwa diskusi akan dilakukan dalam format OPEC+.
Juru bicara presiden juga mengonfirmasi bahwa pada hari Kamis, Putin diperkirakan akan bertemu di Moskow dengan timpalannya dari Iran, Ebrahim Raisi.
Kantor berita Iran Tasnim sebelumnya melaporkan bahwa Raisi akan didampingi oleh delegasi pejabat tinggi pemerintah dan perwakilan dari kalangan perdagangan dan ekonomi negara tersebut.
Presiden Rusia dan Iran diperkirakan akan membahas kerja sama perdagangan, ekonomi, dan politik antara Moskow dan Teheran, serta isu-isu regional dan internasional, khususnya situasi di Palestina.
Baca juga: Putin Perintahkan Militer Rusia untuk Tambah Jumlah Pasukan Sebanyak 170 Ribu Orang
Kunjungan Putin ke Timur Tengah terjadi setelah kelompok OPEC+, yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia dan dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan memperdalam pengurangan produksi menjadi sekitar 2,2 juta barel per hari untuk menstabilkan pasar minyak global.
Terhitung lebih dari 40 persen produksi minyak mentah global, kelompok ini memutuskan untuk membatasi produksi di tengah kekhawatiran bahwa pasar akan menghadapi potensi surplus setelah pengurangan produksi sebelumnya akan berakhir pada bulan depan.