Harga Beras Masih Mahal Padahal Sudah Digerojok Bantuan Pangan, Bulog Bilang Faktor Produksi
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras dalam negeri tahun 2023 mengalami penurunan.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perum Bulog menyatakan, program bantuan pangan beras kepada 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) belum mampu menekan harga beras dipasaran yang masih tergolong mahal.
Bahkan, program penyaluran beras SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar) hanya mampu menekan laju inflasi harga beras di masyarakat.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, harga beras yang relatif masih tinggi dipengaruhi oleh produksi yang masih belum stabil di tahun 2024 ini.
"Bantuan pangan dan SPHP belum berhasil menurunkan harga dia berhasil menurunkan inflasi tapi harga berasnya masih relatif tinggi. Jadi artinya harga beras itu stabil tapi relatif tinggi," kata Bayu dalam Konferensi Pers, di Kantornya, Kamis (11/1/2024).
"Mengapa belum berhasil menurunkan harga karena memang kondisi produksi situasinya masih berat sampai bahkan sampai dengan saat ini," ujarnya.
Dia memaparkan, berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras dalam negeri tahun 2023 mengalami penurunan.
Tahun 2021 ke 2022 surplus produksi itu masih 1,8 - 1,9 juta ton kalau enggak salah. Tahun 2022 ke 2023 surplus tapi sudah turun 700 ribu ton. Ini menunjukan produksi turun," jelas Bayu.
Meski begitu, Bayu menyadari bahwa Bulog sendiri belum bisa menekan harga beras. Sebagai antisipasinya, Bulog menyalurkan beras SPHP di tingkat komersial dengan harga yang lebih murah.
Baca juga: Bos Bulog Klaim Bantuan Pangan Beras untuk 22 Juta Keluarga Miskin Tak Berkaitan dengan Pemilu
"Kalau SPHP kita jual di tingkat komersial tapi dengan harga lebih murah. Ini lagi-lagi berusaha untuk narik ke bawah. Kalau bahasa Bulog dulu strategi ngadolin harga. Jadi harganya kita gandolin ke bawah dengan beras SPHP," ucap dia.
Bayu menegaskan, penyaluran beras SPHP ini cukup efektif menurunkan harga beras di beberapa wilayah. Meskipun jika dilihat secara nasional harga beras masih dominan mahal.
Baca juga: Bantuan Pangan Beras Jelang Pemilu, Dirut Bulog: Efektif Turunkan Inflasi
"SPHP ini cukup efektif di beberapa daerah, ada kecenderungan turun di beberapa daerah. Tapi secara nasional karena jumlahnya hanya 1,2 juta ton dari konsumsi kita hampir 30 juta," jelasnya.
Mengutip panel harga beras Badan Pangan Nasional per Kamis (11/1) ini harga beras premium Rp 15.010 per kilogram. Sedangkan beras medium baik 0,15 persen jadi Rp 13.310 per kilogram.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia