Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dukung Petani Muda Indonesia FAO Teken Kerja Sama Senilai 466 Ribu Dolar AS

Regenerasi petani sudah menjadi permasalahan dunia. Dia menilai, ada kegelisahan berbagai negara menghadapi regenerasi petani.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dukung Petani Muda Indonesia FAO Teken Kerja Sama Senilai 466 Ribu Dolar AS
Nitis Hawaroh/Tribunnews.com
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam Konferensi Pers penandatanganan kerja sama dengan Food Agriculture Organization (FAO) di Kantor KSP, Senin (15/1/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Food Agriculture Organization (FAO) bersama pemerintah menjalin kerja sama terkait program penciptaan petani muda di Indonesia. Kerja sama itu senilai 466.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 7,2 miliar dengan kurs (Rp 15.547).

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, regenerasi petani sudah menjadi permasalahan dunia. Dia menilai, ada kegelisahan berbagai negara menghadapi regenerasi petani.




Sehingga menurutnya, muncul sebuah kondisi yang paradoks artinya satu sisi pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat, namun pada sisi yang lain kondisi pertanian atau tanahnya menurun. Bahkan, terindentifikasi petani di huni oleh orang-orang tua dengan alat-alat seadanya.

Baca juga: Pasokan Pupuk Musim Tanam I Diklaim Cukup, Petani Diminta Tak Panik

"Kondisi ini cukup menjadi worry, menjadi kegelisahan. Untuk itu saya datang ke sana berbicara ke forum itu (FAO) berbicara tentang bagaimana langkah-langkah kongkret," kata Moeldoko dalam Konferensi Pers di Kantornya, Senin (15/1/2024).

"Pada akhirnya Pak Dirjen FAO tertarik atas apa yang kami sampaikan dan beliau memberikan bantuan dalam bentuk TCP Technical Corporation Program sebesar 466 ribu dolar AS," imbuhnya.

Moeldoko mengatakan, program ini sekaligus melibatkan Pramuka dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dengan tujuan anak-anak muda memahami pertanian.

BERITA TERKAIT

"Setelah dia paham berikutnya bagaimana dia mencintai pertanian karena secara strategis pertanian bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut, tetapi begitu pertanian punya persoalan maka persoalan politik akan muncul didalamnya," ungkapnya.

Adapun untuk lokasinya, Moeldoko mengatakan bahwa pilot projek ini akan diimplementasikan di Cibubur, di Buperta serta di Lampung.

"Pilot projek ini nanti akan dikawal oleh semuanya dari FAO berikutnya dikawal oleh kita semuanya dari HKTI juga ikut kawal berikutnya dari badan pangan, Kementan, Brin ada riset-riset yang perlu dikembangkan di sana," jelas dia.

Dia juga mengatakan bahwa program tersebut berfokus pada cara bertani model baru dengan menggunakan smart farming yang inovatif di sektor pertanian.

"Pelakunya oleh anak-anak muda dan pemahaman pertanian yang semakin luas bagi anak-anak muda," bebernya.

Sementara itu, FAO menyatakan bahwa tujuan utama dari proyek ini adalah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan pertanian bagi Pramuka, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka melalui solusi inovatif dan pendekatan digital.

Kurikulum pendidikan yang ada perlu diperbaiki untuk mengembangkan kurikulum yang kuat guna memberdayakan generasi muda untuk menjadi wirausahawan pertanian masa depan.

Selain itu, metode pertanian yang digunakan oleh percontohan saat ini bersifat konvensional dan tidak sesuai dengan skenario perubahan iklim yang terus berkembang. Skenario ini semakin menekankan perlunya modernisasi dan praktik pertanian berkelanjutan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas