BI Meramal Perekonomian Indonesia Tumbuh Lebih Baik Tahun Ini di Kisaran 4,7 Sampai 5,5 Persen
BI meramal perekonomian Indonesia akan tumbuh di kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen secara tahunan atau year on year dibanding tahun sebelumnya.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) meramal perekonomian Indonesia akan tumbuh di kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibanding tahun sebelumnya.
Angka proyeksi BI ini lebih tinggi dari outlook 2023 yang sebesar 4,5 sampai 5,3 persen yoy.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini didukung permintaan domestik,” kata dia dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024).
Dia mengatakan pertumbuhan permintaan domestik sejalan dengan adanya pemilihan umum (pemilu) dan peningkatan investasi khususnya bangunan, karena berlanjutnya Proyek Strategis Nasional (PSN) termasuk ibu kota negara baru.
Di sisi lain, kinerja ekspor diyakini belum kuat. Sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas.
Sedangkan bila dilihat dari lapangan usaha, BI yakin, pertumbuhan akan menguat pada industri manufaktur, perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi, serta konstruksi, juga transportasi dan pergudangan.
Kemudian bila melihat pertumbuhan secara spasial, prospek baik terjadi di seluruh wilayah, terutama Sulawesi, Maluku, Papua, dan Jawa.
Baca juga: Ekonom Bocorkan Cara agar Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa 7-8 Persen
“Di daerah Sulampua karena adanya hilirisasi mineral. Sedangkan di Pulau Jawa karena permintaan domestik yang kuat,” tambah Perry.
Dia mengatakan, BI akan memperkuat stimulus makroprudensial dan sinergi dengan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi permintaan domestik.
Perekonomian Global Diprediksi Melambat
BI juga meramal pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 yang diprediksi akan melambat karena berbagai faktor.
Menurut Perry Warjiyo pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2024 hanya akan tumbuh di kisaran 2,8 persen saja, atau lebih rendah dari capaian 3 persen pada tahun 2023.
Faktor-faktor pemicu perlambatan ekonomi dunia tahun ini cukup banyak, seiring dengan risiko global yang perlu dicermati, karena akan memengaruhi ketidakpastian ekonomi dunia.
“Seperti, berlanjutnya ketegangan geopolitik, pelemahan ekonomi sejumlah negara utama, termasuk China, dan kepastian waktu serta besaran penurunan suku bunga moneter negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS),” terang Perry, Rabu (17/1) di Jakarta.
Perry mengungkapkan, ekonomi China akan melambat pada tahun ini, seiring dengan lemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca juga: Prospek Perekonomian Global 2024: Situasi Politik Masih Jauh dari Stabil
Sebagai dampak lanjutan, pelemahan kinerja properti dan terbatasnya stimulus fiskal. Sedangkan suku bunga kebijakan AS diyakini masih akan tinggi, hingga akhir semester I-2024.
Begitu pula imbal hasil obligasi pemerintah negara maju termasuk surat utang pemerintah AS masih berada di level tinggi.
Baca juga: WEF: Teknologi AI Ancam Perekonomian Global, Bisa Picu Kesenjangan Hingga Tsunami PHK
Meski demikian, Perry melihat adanya ketidakpastian pasar keuangan yang mereda. Tekanan penguatan dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk negara berkembang juga berkurang.
Perkembangan tersebut mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing ke negara berkembang, sehingga mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Laporan reporter: Bidara Pink | Sumber: Kontan