Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Mantan Mendag Lutfi: Pasokan Nikel Tak Cukup Penuhi Kebutuhan Industri Mobil Listrik Indonesia

Pasokan nikel tidak cukup untuk memenuhi bahan baku pembuatan baterai untuk mobil listrik di Indonesia.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Mantan Mendag Lutfi: Pasokan Nikel Tak Cukup Penuhi Kebutuhan Industri Mobil Listrik Indonesia
Tribunnews/Lita
Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi di acara Blak-blakan Soal Mobil Nasional dan Polemik LFP Vs Nikel di East Tower, Jakarta, Senin (29/1/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Perdagangan 2020-2022 Muhammad Luthfi menyatakan pasokan nikel tidak akan cukup untuk memenuhi bahan baku pembuatan baterai untuk mobil listrik di Indonesia.

Hal itu dia sampaikan dalam acara "Blak-blakan Soal Mobil Nasional dan Polemik LFP Vs Nikel," di East Tower, Jakarta, Senin (29/1/2024).

"Nikel tidak akan cukup penuhi kutuhan dari permintaan untuk kebutuhan baterai, untuk sustainaibility teknologi green di masa yang akan datang. Sudah jadi hukumnya nikel enggak cukup," kata Luthfi.

Luthfi bilang, penggunaan lithium iron phosphate (LFP) ini justru menjadi alternatif untuk mendorong pembuatan bahan baku baterai mobil listrik.

Terlebih, kepadatan energi atau density energy dari LFP ini lebih rendah dibandingkan dengan nikel.

"Semua baterai apakah itu untuk solar panel, baterai solar panel, baterai iPad, jam tangan. Semua kebutuhan baterai Nikel, karena dencity tinggi, dia (LFP) tidak," kata dia.

Berita Rekomendasi

"Yang kita bicarakan mobil. Karena kebutuhan besar untuk EV, mereka harus cari alternatif. LFP adalah alter cadangan," imbuhnya menegaskan.

Adapun pembahasan baterai kendaraan listrik Lithium Ferro Phosphate (LFP) dan baterai berbasis nikel, mangan, cobalt (NMC), tengah menjadi perbincangan masyarakat.

Isu ini menjadi perbincangan pasca adanya debat ke-4 Cawapres yang berlangsung di Senayan JCC, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

Baca juga: Harga Nikel Lagi Ambles, Mantan Mendag Luthfi Bilang Ada yang Nggak Suka Dominasi China

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana mengatakan, untuk baterai LFP lebih berat dan cenderung lebih besar dibandingkan NMC.

Selain itu, kepadatan energi baterai (density) NMC lebih baik ketimbang LFP.

Kepadatan energi yang tinggi merupakan sifat yang vital dalam baterai. Baterai yang memiliki kepadatan energi tinggi memiliki waktu pengoperasian baterai yang lebih lama dibandingkan dengan ukuran baterai.

Baca juga: Tom Lembong Tegaskan Tak Anti Hilirisasi Nikel, tapi Anti Hilirisasi Ugal-ugalan

"LFP itu ada kekurangannya dibanding NMC, density daripada energinya lebih rendah. Kalau dari skala 10 density energinya nikel, yang LFP density-nya 5," ucap Agus di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/1/2024).

"Jadi LFP akan bagus untuk kendaraan truk, bus. LFP karena dia enggak tergantung, berat sebesar apapun dia bawa," sambungnya.

Namun, LFP tentunya juga memiliki keunggulan pada aspek lainnya, seperti harga hingga umur dari baterai itu sendiri.
Agus mengungkapkan, suhu saat pemakaian pada baterai LFP lebih dingin dibandingkan NMC.

"LFP lebih bagus (secara umur), karena LFP itu panasnya lebih kecil. Karena menyedot dayanya lebih rendah. Kalau panasnya lebih tinggi kan umurnya agak pendek," papar Agus.

"Tapi itu semuanya yang lagi dicoba siapa yang umur lebih panjang, jarak tempuh lebih panjang, lebih murah itu tantangan teknologi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas