Efisiensikan Biaya Energi, Inaco Adopsi Sistem Manajemen Informasi Produksi dari Schneider Electric
Pelaksanaan roadmap digitalisasi di lingkungan perusahaan mulai 2024 hingga 2026 sebagai transformasi digital perusahaan menjadi green industry.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Niramas Utama, perusahaan FMCG makanan dan minuman Inaco, mengimplementasikan "Go Live” Sistem Manajemen Informasi Produksi dan Monitoring Energi dari Schneider Electric di fasilitas produksi di pabrik pusatnya di Cibitung, Bekasi.
Adopsi ini menelan investasi total Rp 4 miliar dan diharapkan memberikan return of investment (RoI) kurang dari 2 tahun.
Adhi Lukman, Board of Director PT Niramas Utama mengatakan, adopsi Sistem Manajemen Informasi Produksi dan Monitoring Energi in menjadi langkah awal dari pelaksanaan roadmap digitalisasi di lingkungan perusahaan mulai 2024 hingga 2026 sebagai transformasi digital perusahaan menjadi green industry.
Baca juga: Dirut BRI: Digitalisasi Tidak Sebabkan PHK, Justru Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Pekerja
Inaco menggunakan solusi EcoStruxure for Industry dari Schneider Electric yang diproyeksikan dapat meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi biaya perawatan aset hingga 20 persen per tahun.
Solusi ini juga akan dapat meningkatkan efisiensi waktu pengumpulan data hingga 90 persen serta mengurangi potensi produk gagal hingga 10 persen.
Dalam adopsi solusi ini, Schneider Electric terlibat langsung dalam proses pre-assessment, konsultasi dan pembuatan peta jalan transformasi digital hingga pengembangan kompetensi sumber daya manusianya.
Di project ini, PT JETEC Indonesia menjadi mitra sistem integrator yang ditunjuk Schneider Electric dalam melakukan implementasi solusi dan teknologi.
“Pabrik kami di Bekasi menjadi proyek pertama digitalisasi sistem manajemen informasi produksi dan monitoring energi, dan menjadi bukti komitmen perusahaan dalam penerapan revolusi industri 4.0 secara bertahap," ungkap Adhi Lukman.
Tujuan utamanya untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, optimalisasi proses bisnis, pengembangan kompetensi SDM, dan juga pemenuhan tanggung jawab perusahaan terhadap penghematan energi dan pengurangan emisi karbon untuk mendukung tercapainya target SDGs.
Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste mengatakan, tantangan mendasar yang mayoritas dialami IKM saat ini adalah belum adanya visibilitas menyeluruh dan integrasi data terhadap manajemen sumber daya energi, air, gas dan sebagainya serta aset yang dapat diperoleh secara cepat, akurat dan real time.
Hal ini terjadi karena proses pencatatan dan pengumpulan data yang masih manual. "Selain itu pola pikir dan kesiapan sumber daya manusia dalam mengoperasikan teknologi juga membutuhkan atensi khusus,” kata dia.
"Kami ingin menjadi mitra strategis yang mendampingi pelaku industri dalam setiap tahapan transformasinya. Selain teknologi, kami memberikan pendampingan melalui pelatihan, workshop, forum-forum diskusi di setiap level manajemen baik untuk manajemen lini pertama, menengah hingga manajemen puncak," ujarnya.
Berdiri sejak 1990, PT Niramas Utama memproduksi makanan dan minuman berbasis nata de coco seperti jelly, minuman ready to drink dan puding.
Selain memasok pasar dalam negeri, perusahaan juga mengekspor produknya ke sejumlah negara termasuk ke pasar Timur Tengah dengan memiliki 2 pabrik di Cibitung, Bekasi, di atas lahan seluas 2,5 ha dan pabrik di Pandaan, Jawa Timur.
Peresmian “Go Live” sistem otomasi monitoring energi dan performa lini produksi di pabrik Cibitung dihadiri Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian RI Putu Juli Ardika, serta Ahmad Taufik, Ketua Tim Pengembangan Program Transformasi Industri Hijau Kemenperin; dan Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste.
Acara ini juga dihadiriMartin Setiawan, Industry Business Vice President Schneider Electric Indonesia; serta Olivier Vifflantzeff, Direktur PT JETEC Indonesia.
Putu Juli Ardika mengatakan, Kemenperin memiliki target dapat mencapai NZE di sektor industri 10 tahun lebih cepat dari target nasional.
Dia mengatakan, ada empat strategi yang akan menjadi pondasi yaitu transisi ke energi baru terbarukan, manajemen dan efisiensi energi, strategi elektrifikasi dalam proses produksi, serta pemanfaatan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
Menurutnya, industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang diharapkan berperan aktif dalam mencapai NZE ini.
Karena itu, dia menyambut baik inisiatif PT Niramas Utama dalam upaya dekarbonisasi, dan transformasi digitalnya menjadi green industry.
"Inaco menjadi contoh bagi industri lainnya dalam implementasi industri 4.0 dan green industry. Kami berharap akan tumbuh lebih banyak lagi inisiatifinisiatif seperti ini, agar daya saing sektor industri kita semakin meningkat di dunia internasional.” kata Putu Juli Ardika.