Dampak Boikot Massal di Timur Tengah, Laba Penjualan McDonald's Kembali Amblas
Restoran cepat saji asal Amerika Serikat McDonald's (McD) kembali mencatatkan penurunan penjualan usai seruan boikot produk pro Israel
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Restoran cepat saji asal Amerika Serikat McDonald's (McD) kembali mencatatkan penurunan penjualan usai seruan boikot produk pro Israel beredar luas di wilayah Timur Tengah.
Tak hanya itu, dalam laporan terbarunya CEO McDonald’s, Chris Kempczinski mengungkapkan laba perusahaan juga ikut mengalami kemerosotan hingga 4 persen. Jadi pertama kalinya yang dialami McDonald’s dalam hampir empat tahun terakhir .
Kebangkrutan yang dialami McDonald’s bermula ketika restoran cepat saji asal Amerika ini memberikan 4.000 paket makanan gratis kepada tentara Israel yang sedang berperang di jalur Gaza.
Baca juga: McD Indonesia Terdampak Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel, Ada Karyawan Kena Intimidasi
Tak hanya itu melalui postingan yang di unggah akun Instagram resminya, McD Israel juga turut menawarkan diskon 50 persen bagi tentara atau pasukan keamanan yang datang ke restoran untuk bersantap.
Bantuan ini diberikan McD tepat setelah militan Hamas menembakan 5.000 rudal ke wilayah Israel pada akhir pekan lalu.
Tindakan ini sontak memicu reaksi negatif bagi sejumlah kelompok muslim di penjuru dunia, bahkan seruan boikot kian meluas hingga memenuhi sejumlah media sosial, termasuk platform X.
Serangkaian isu ini yang membuat laba dan penjualan Mcd terus mencatatkan penurunan, di gerai-gerai McDonald’s AS misalnya selama Oktober kemarin dilaporkan anjlok 13 persen, merujuk Placer.ai data yang dikutip Wells Fargo penurunan serupa juga terjadi pada bulan November dimana penjualan Mcd kembali turun 4,4 persen sementara pada bulan Desember penjualan Mcd amblas 4,9 persen.
Kondisi seperti ini juga terjadi di cabang McD yang berlokasi di ibu kota Mesir, melansir dari Alarabiya sejumlah toko cepat saji McDonald's tampak sepi pengunjung, akibat kampanye boikot akar rumput yang dilakukan secara massif.
Baca juga: Boikot Pidato Joe Biden, Pengunjuk Rasa Pro-Palestina: Setop Danai Genosida di Gaza
Meskipun McDonald's tidak memberikan rincian penjualan di masing-masing pasar internasional, namun apabila boikot berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka hal ini dapat memicu kerugian yang mendalam bagi perusahaan.
“Efek (dari perang) terhadap ketahanan pendapatan akan menjadi kekhawatiran terbesar kami… sepertinya ini akan menjadi masalah yang terus berlanjut hingga kuartal berikutnya atau bahkan dua kuartal berikutnya,” kata Brian Mulberry, manajer portofolio klien di Manajemen Investasi Zacks, yang memegang saham McDonald's.
McDonald's tidak sendirian, sejumlah merek makanan seperti Starbucks, Coca-Cola, dan Nestle juga menghadapi penurunan penjualan imbas boikot.
Bahkan Starbuck terpaksa memangkas proyeksi penjualan mereka pada 2024, karena konflik Hamas -Israel memicu masyarakat melancarkan protes dan kampanye boikot hingga permintaan kopi dan minuman dingin di Amerika merosot.
“Kami melihat dampak signifikan terhadap penjualan kami di Timur Tengah akibat konflik tersebut. Dampaknya juga meluas ke Amerika Serikat,” ujar Laxman Narasimhan, CEO Starbucks dalam sebuah pernyataannya pekan kemarin.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.