Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Beras Melonjak dan Langka, Capres Turut Singgung Pemimpin Hanya Diam Saat Rakyat Teriak

Keterbatasan suplai tak lepas dari masa panen yang diperkirakan baru akan datang pada pertengahan Maret 2024.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Harga Beras Melonjak dan Langka, Capres Turut Singgung Pemimpin Hanya Diam Saat Rakyat Teriak
dok. Kementan
Ilustrasi. Peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kilogram (kg) karena adanya keterbatasan suplai. 

Sebagai informasi, Indonesia saat ini memang sedang kekurangan beras. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, RI sedang kekurangan beras sebanyak 2,8 juta ton.

Untuk menutupi kekurangan tersebut, Arief mengatakan pemerintah melakukan impor beras.

"Jadi memang saat ini meskipun produksi dan konsumsi beras di Januari dan Februari 2024 minus 2,8 juta ton sebagai dampak dari penurunan produksi akibat El Nino, namun kita memerlukan beras yang cukup agar neracanya dapat terjaga secara positif. Karena itu, pemerintah menyeimbangkan kekurangan tersebut dengan kebijakan importasi," kata Arief.

Menurut dia, kebijakan tersebut adalah pilihan terakhir agar ketersediaan beras tetap terjaga.

“Walaupun sangat pahit, importasi saat ini harus dijalankan. Mungkin kebijakan ini tidak populer saya sampaikan, tetapi harus dikerjakan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini,” ujar Arief.

Pemimpin Hanya Diam

Saat kampanye akbar di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024), calon presiden Ganjar Pranowo menyebut seorang pemimpin di manapun berada tak boleh hanya bisa mendengarkan, tetapi juga harus bisa merasakan.

"Maka sebenernya seorang pemimpin tidak harus diteriaki. Pemimpin tidak boleh kemudian diam karena teriakan-teriakan yang ada di rakyat, tetapi kita harus bisa merasakan," kata Ganjar dalam pidatonya.

Berita Rekomendasi

Ganjar kemudian mengatakan bahwa ia dan Mahfud mencoba untuk merasakan dan mendengarkan rakyatnya melalui kampanye dan tidur langsung di rumah rakyat.

Eks Gubernur Jawa Tengah itu kemudian mengatakan, salah satu permasalahan yang dia dapat setelah tidur di rumah rakyat adalah harga beras yang mahal.

"Di situ kami mendengarkan, 'Pak Ganjar, kenapa berasnya Rp 14 ribu? Rp 17 ribu? Kenapa tidak turun-turun?' Sementara saudara kita petani, 'Pak Ganjar, kenapa harga beras kami dibeli murah dijual mahal dan pupuk kami langka?'" ujar Ganjar.

"Ibu bapak, mereka tidak akan teriak keras. Mereka cukup mengeluh di dapurnya, di pematang sawahnya, dan pemimpin harus merasakan dan mendengarkan itu," kata Ganjar lagi.

Kemudian, ketika berkampanye, Ganjar bercerita lagi di beberapa tempat bertemu dengan anak muda yang meminta dirinya sejumlah hal.

Anak muda itu berteriak menginginkan pangan yang murah dan kemudahan dalam mengakses lapangan kerja.

"Itulah tadi yang dalam perjalanan gerobak saya dikirimi gabah, sebuah simbol yang mengingatkan kepada saya dan Pak Mahfud untuk peduli pada petani dan perutnya rakyat," kata Ganjar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas