Tekan Harga Beras yang Meroket, Pemerintah Akan Guyur 250 Ribu Ton ke Pasar
Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya bersama Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional untuk dapat melakukan stabilisasi harga di tingkat konsumen.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, Pemerintah akan mendistribusikan beras melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 250 ribu ton di tingkat pedagang pasar maupun retail modern.
Hal ini dilakukan agar ketersediaan stok dan harga beras di pasar tetap stabil.
Diketahui, Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya bersama Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional untuk dapat melakukan stabilisasi harga di tingkat konsumen.
Baca juga: Harga Beras Melonjak, Bos Bapanas Bantah Stok Menipis, Ini Pernyataannya
Yaitu melalui program Bantuan Pangan dan Operasi Pasar atau Stabilisasi Pasokan dan harga Pangan (SPHP).
Sebagai informasi, saat ini masyarakat tengah digemparkan fenomena harga beras yang cukup tinggi, khususnya beras premium.
"Di masa-masa ini ya kita harus intervensi, tadi saya Pak Bayu (Dirut Bulog) dan Pak Arief (Kepala Bapanas) rapat bersama Presiden, Presiden cek langsung di beberapa titik," papar Erick di kawasan Klender, Jakarta Timur, Senin (12/2/2024).
"Oleh karena itu, kita gelontorkan lagi 250 ribu ton jenis beras SPHP supaya keresahan itu tidak terjadi. Dan ini kita bisa pastikan," sambungnya.
Diketahui, stok beras premium kini mulai sulit didapatkan. Selain itu, harga beras premium juga terus naik sampai Rp2.000 per bulan ini.
Contohnya seperti di Pasar Kramatjati, Jakarta, beras premium yang di beli para pedagang di tingkat supplier sebesar Rp16.800 per liter.
Baca juga: Aprindo Benarkan Kabar Peritel Batasi Pembelian Beras oleh Konsumen Maksimal 10 Kg
Harga ini justru berbeda dengan beras Bulog Rp15.200 per liter.
Erick Thohir dalam kesempatan tersebut juga membeberkan, meningkatnya harga komoditas pangan global turut memberikan dampak terhadap harga beras di dalam negeri.
Menurut Erick, konflik geopolitik yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, turut mempengaruhi besaran harga komoditas pangan.
"Memang harga beras dan pangan dunia sedang naik. Kenapa naiknya? Karena tentu situasi geopolitik," ungkap Erick.
"Di mana ada peperangan di beberapa negara, ada penjajahan di saudara kita di Gaza," pungkasnya.