Harga Minyak Mentah Naik Tipis karena Meningkatnya Risiko Konflik Timur Tengah
Harga minyak mentah naik tipis pada perdagangan hari ini di tengah kekhawatiran ketegangan di Timur Tengah yang dapat mengganggu pasokan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Harga minyak mentah naik tipis pada perdagangan hari ini, Selasa (13/2/2024) di tengah kekhawatiran ketegangan di Timur Tengah yang dapat mengganggu pasokan.
Minyak Brent berjangka naik tipis 7 sen atau 0,1 persen lebih tinggi menjadi 82,07 dolar AS per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik 10 sen atau 0,1 persen menjadi 77,02 dolar AS per barel.
Tingginya harga minyak juga dipengaruhi oleh serangan yang dilakukan kelompok bersenjata Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Baru-baru ini, Houthi yang didukung Iran menembakkan dua rudal ke sebuah kapal kargo yang sedang melintas di Laut Merah.
Serangan tersebut dilakukan Houthi sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang terus digempur oleh Israel.
Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga dijadwalkan merilis laporan pasar minyak bulanan pada hari ini Selasa (13/2/2024).
Sebelumnya, anggota OPEC, Irak, mengatakan pihaknya berkomitmen terhadap keputusan organisasi tersebut dan memproduksi tidak lebih dari 4 juta barel per hari (bph).
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Jadi 79,61 Dolar AS, Imbas Netanyahu Tolak Gencatan Senjata
“Apa yang akan lebih menarik dalam beberapa minggu mendatang adalah keputusan OPEC+ untuk melakukan pengurangan pasokan sukarela yang akan berakhir pada akhir Maret,” kata analis ING dalam catatannya.
"Neraca kami menunjukkan bahwa pasar akan mengalami surplus pada kuartal kedua tahun 2024 jika kelompok tersebut gagal untuk melanjutkan sebagian dari pemotongan ini,” tambahnya.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Setelah Roket Houthi Hajar Kapal Tanker Trafigura di Laut Merah
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan memutuskan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela pada kuartal I tahun ini.
November lalu, OPEC+ menyetujui pengurangan produksi sukarela dengan total sekitar 2,2 juta barel per hari untuk kuartal I tahun ini yang dipimpin oleh Arab Saudi dengan melakukan pengurangan sukarela sebesar 1 juta barel per hari.