Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Anjlokan KA Argo Semeru Akibat Rel Bengkok, KNKT Ungkap Penyebabnya

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap penyebab rel buckling atau bengkok di jalur hilir Km 520+4 petak jalan Stasiun Sentolo

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Anjlokan KA Argo Semeru Akibat Rel Bengkok, KNKT Ungkap Penyebabnya
Tribun Jogja/Alexander
Kondisi Kereta Api Argo Semeru dan KA Argo Wilis anjlok di kawasan Sentolo, Kulon Progo, Selasa (17/10/2023) siang. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap penyebab rel buckling atau bengkok di jalur hilir Km 520+4 petak jalan Stasiun Sentolo - Stasiun Wates sehingga menyebabkan anjlokan KA Argo Semeru pada (17/10/2023) lalu.

Investigator IK Perkeretaapian KNKT Riduan Akbar mengatakan, faktor yang memengaruhi rel bengkok yaitu tidak dilakukannya pengukuran temperatur rel dan penentuan jarak celah antar rel di sambungan saat awal pemasangan rel.

Artinya, hal itu tidak sesuai dengan pedoman perawatan jalan rel dan menyebabkan jarak pemuaian rel pada saat kondisi cuaca panas, sehingga risiko terjadinya rel Buckling tidak dapat dimitigasi.

Baca juga: Jadwal KA Argo Semeru Rute Jakarta-Solo, Tawarkan Perjalanan Nyaman dengan Kelas Eksekutif

"Dimana hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan pemahaman di dalam organisasi Jalan Rel dan Jembatan terkait dengan penentuan jarak celah rel di sambungan dan tidak tersedianya alat untuk mengukur temperatur di rel," ujar Riduan dalam Rilis KNKT, Jumat (16/2/2024).

Kemudian, Riduan mengatakan bahwa terjadi penurunan kekuatan gaya jepit (Clamping Force) dari penambat rel yang ditunjukkan dengan perbedaan jarak tanda gesekan antara kaki rel dengan insulator penambat rel.

Selain itu juga pergeseran bantalan rel pada arah longitudional menyebabkan sistem penambat jalan rel tidak cukup memadai untuk menahan gaya tekan rel pada arah longitudinal ketika rel memuai.

Berita Rekomendasi

Di satu sisi juga tidak ada pengurangan batas kecepatan KA yang lewat dengan rata-rata 80 km/jam sesuai dengan batas kecepatan di lengkung 28i.

"Ketika sedang dilakukan perbaikan geometri jalan rel sebagai tindak lanjut laporan goyangan keras dari KA yang lewat sebelumnya, menyebabkan meningkatnya gaya tekan rel pada arah longitudinal," ucap dia.

"Ditambah dengan terjadinya penurunan kekuatan gaya jepit dari penambat rel dan gaya tekan arah longitudinal saat rel memuai karena peningkatan temperatur di rel akibat cuaca panas mengakibatkan risiko terjadinya rel Buckling meningkat," imbuhnya.

Baca juga: PT KAI Masih Selidiki Penyebab Anjloknya KA Argo Semeru di Perlintasan Sentolo Kulon Progo

Riduan mengatakan bahwa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya rel Buckling seperti kegagalan dalam mengidentifikasi bahaya (hazard) yang dapat meningkatkan risiko terjadinya rel Buckling dengan tidak melakukan pengukuran temperatur rel.

Hal itu dilakukan untuk menentukan jarak celah antar rel di sambungan saat awal pemasangan rel sesuai dengan pedoman perawatan jalan rel.

"Sistem penambat rel yang mengalami penurunan kekuatan gaya jepit dan tidak ada penurunan batas kecepatan KA yang lewat, ketika terjadi permasalahan geometri jalan rel di lengkung 28i menyebabkan perbaikan korektif geometri jalan rel di lengkung 28i terus dilakukan secara berulang–ulang," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas