Eezee dan Schneider Electric Garap Bisnis e-Procurement di Segmen Korporasi
Schneider Electric menjadi mitra enterprise besar pertama Eezee di Indonesia sekaligus menandai ekspansi bisnisnya di Indonesia.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM - Eezee, platform marketplace MRO (maintenance, repair & operation) & business supplies menjalin kerjasama dengan Schneider Electric di bisnis e-procurement di segmen korporasi.
Perjanjian kerjasama strategis kedua perusahaan akan meningkatkan aksesibilitas, memperbanyak pilihan kanal dan merampingkan proses pengadaan produk dan solusi kelistrikan Schneider Electric di segmen korporasi.
Schneider Electric menjadi mitra enterprise besar pertama Eezee di Indonesia sekaligus menandai ekspansi bisnisnya di Indonesia. Selain itu, kerjasama keduanya diharapkan dapat memberikan solusi inovatif bagi pelaku usaha dalam pengadopsian digitalisasi proses pengadaaan (e-procurement) di Indonesia sekaligus memberikan solusi inovatif bagi para pelaku bisnis di Indonesia dalam mengadopsi digitalisasi proses pengadaan barang dan jasa (eprocurement).
Baca juga: Efisiensikan Biaya Energi, Inaco Adopsi Sistem Manajemen Informasi Produksi dari Schneider Electric
Perjanjian kerjasama ditandatangani Logan Tan, CEO & Co-Founder Eezee dan Donald Situmorang, Digital Sales Director of Schneider Electric Indonesia di kantor Schneider Electric Indonesia, Cibis Nine, Jakarta Selatan, Selasa, 19 Februari 2024.
Logan Tan mengatakan, pengadaan barang di korporasi kerap kali menjadi kegiatan yang menguras tenaga, waktu bahkan biaya. Survei Topline Strategy Group terhadap 241 profesional pengadaan dan pembiayaan di lebih dari 200 perusahaan di Amerika Serikat, menyebutkan inefisiensi dalam proses pengadaan dapat merugikan perusahaan-perusahaan tersebut hingga 1,5 miliar dolar AS dan 32 juta jam kerja per tahun. Karena itu, digitalisasi proses pengadaan diyakini menjadi solusi efektif dan makin diminati oleh pelaku usaha di seluruh dunia.
"Hal ini akan membantu pelanggan meningkatkan efisiensi proses pengadaan hingga 10 kali lebih cepat dan menghemat biaya rata-rata 8 sampai 12 persen dibandingkan dengan proses offline biasa," ujarnya.
Hasil survei yang dilakukan PwC menunjukkan 77 persen dari 800 profesional departemen pengadaan di 64 negara mengatakan sudah mulai bertransisi ke sistem digital di departemen pengadaan, dan akan meningkatkan investasinya dalam transformasi digital.
Alasan utamanya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan merampingkan proses, meningkatkan transparansi, keterlacakan (traceability), dan menghemat biaya.
Logan Tan menambahkan, perusahaannya menyediakan marketplace yang memungkinkan pelaku bisnis dan perusahaan membeli produk alat kantor hingga peralatan keselamatan dan industri melalui platform digital yang lebih praktis, dan efisien.
"Platform terpusat ini menyederhanakan proses pengadaan, dan memastikan konsistensi, kepatuhan terhadap peraturan dalam praktik pembelian di seluruh organisasi. Platform ini dapat terintegrasi dengan sistem internal perusahaan, memungkinkan sistem pelaporan dan keterlacakan yang terstruktur dan real time,” beber Logan Tan.
Dia yakin potensi pasar pengadaan atau belanja barang pendukung seperti MRO dan perlengkapan kantor di Asia Tenggara
sangat besar. Setidaknya sekitar 12,5 miliar dolar AS nilai transaksi yang dapat digarap di segmen ini.
Donald Situmorang, Digital Sales Director Schneider Electric Indonesia mengatakan saat ini korporasi semakin mencari teroboson baru dan inovatif yang mengubah cara transaksi konvensional yang rumit menjadi lebih sederhana dan transparan dengan teknologi digital.
"Sebagai mitra digital bagi para pelaku industri, kami tidak hanya berkomitmen untuk menyediakan solusi digital dan otomasi untuk manajemen energi, namun juga digitalisasi pada kegiatan pendukungnya. Salah satunya pengadaan suku cadang dengan menggandeng mitra marketplace seperti Eezee," kata Donald Situmorang.