Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Butuh Lebih dari 3 Juta Panel Surya Untuk Hadirkan Listrik Hijau Sebesar 1,5 GigaWatt

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan potensi tenaga surya menjadi bagian dari bauran sistem ketenagalistrikan

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Butuh Lebih dari 3 Juta Panel Surya Untuk Hadirkan Listrik Hijau Sebesar 1,5 GigaWatt
Tribunnews/JEPRIMA
Ilustrasi: Petugas saat melakukan perawatan rutin panel surya 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan potensi tenaga surya menjadi bagian dari bauran sistem ketenagalistrikan nasional.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu mengungkapkan, untuk menambah kapasitas 1,5 GigaWatt listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap), diperlukan sedikitnya 3,3 juta panel surya.

"Dengan target 1 GigaWatt PLTS Atap yang terhubung jaringan PLN dan 0,5 GigaWatt dari non PLN setiap tahun, dengan asumsi kapasitas 1 modul surya 450 WattPeak, maka diperlukan produksi sekitar 3,3 juta panel surya," ucap Jisman di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Baca juga: Kejar Target 23 Persen di 2025, PLTU Adipala Gunakan Limbah Kayu dan Uang Kertas Sebagai Bahan Bakar

Ia melanjutkan, pemanfaatan potensi energi terbarukan di Indonesia saat ini masih sangat minim.

Diketahui, Indonesia memiliki total potensi energi terbarukan sebesar 3,6 TeraWatt (TW). Untuk energi surya sendiri potensinya sekitar 3,3 TW.

Namun mirisnya, pemanfaatan energi surya saat ini masih kurang dari 1 persen dari besaran potensi yang ada.

Berita Rekomendasi

Untuk itu, Kementerian ESDM mendorong pemanfaatan energi surya. Jisman mengungkapkan, implementasi PLTS Atap sangat penting dilakukan untuk mendorong bauran energi baru terbarukan terhadap sistem Ketenagalistrikan nasional.

Selain itu, penggunaan PLTS Atas sejalan dengan tujuan Pemerintah dan global dalam mengurangi pemanfaatan energi berbasis fosil.

Diketahui, penggunaan energi berbasis fosil seperti bahan bakar minyak hingga batubara kurang ramah terhadap lingkungan, lantaran menghasilkan emisi yang cukup besar.

Baca juga: Percepat Dekarbonisasi, Teknologi CCS Bakal Diterapkan di PLTU Batubara

"Indonesia berkomitmen untuk turut mendukung mitigasi perubahan iklim agar kenaikan suhu global agar tidak melebihi 1,5 derajat celcius," papar Jisman.

"Penurunan emisi dilakukan antara lain melalui pengembangan energi baru terbarukan. Selain itu dalam jangka panjang Indonesia juga memiliki target untuk mengurangi porsi pemanfaatan energi fosil dalam rangka menuju Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat," pungkasnya.

Penggunaan PLTS Atap Dongkrak Hilirisasi Pasir Silika

Pemerintah memproyeksikan hilirisasi pasir silika akan terdongkrak seiring mulai pesatnya penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap).

Jisman mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi besar berupa pasir silika, yang menjadi bahan baku utama dalam industri pembuatan infrastruktur PLTS Atap, yakni panel surya.

"Diperkirakan Program PLTS Atap bisa mendorong produksi modul surya dalam negeri," ucap Jisman.

Sebagai informasi, komoditas pasir silika dapat dikembangkan sebagai bahan baku industri semikonduktor.

Apabila hilirisasi silika menjadi wafer silikon berbasis solar grade silicon (SGS) dan electronic grade silicon (EGS) berjalan mulus, maka Indonesia akan mendapatkan nilai tambah maksimal dari komoditas tersebut.

Wafer silikon adalah material building block bagi industri semikonduktor dan sel surya.

Jisman mengatakan, Pulau Rempang yang berlokasi di Kepulauan Riau, merupakan salah satu wilayah yang memiliki kekayaan komoditas alam pasir silika.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas