Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Mekarnya AKM Orchid di Masa Pandemi Covid-19, Ubah Hobi jadi Pengisi Pundi-pundi Rezeki 

AKM Orchid bisa mengubah hobi menjadi pengisi pundi-pundi rezeki, tak hanya bagi keluarga Fathoni namun juga petani sekitar.

Penulis: Imam Saputro
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Mekarnya AKM Orchid di Masa Pandemi Covid-19, Ubah Hobi jadi Pengisi Pundi-pundi Rezeki 
TribunSolo/Imam Saputro
Rakhi Pradhana, pengelola AKM Orchid yang sukses mengubah hobi jadi pengisi pundi rezeki di tengah Pandemi Covid-19. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro

TRIBUNNEWS.COM, MUNTILAN - Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal di dunia, termasuk dunia Khabib Fathoni, pensiunan petugas Dinas Pemadam Kebakaran, Kabupaten Magelang.

Fathoni, begitu ia sering disapa, sebelum Pandemi Covid-19 melanda, mengoleksi anggrek hanya untuk kesenangan pribadi.

“Sejak tahun 2000 ada ponakan yang suka anggrek lalu saya dikasih satu, kok bagus ketika berbunga, jadi ketularan mengoleksi,” kata Fathoni ketika ditemui di rumahnya di Kawetan, Muntilan, Kabupaten Magelang, Senin, 11 Maret 2024.

Lambat laun koleksi anggrek Fathoni semakin beragam jenis dan spesies di rumahnya.

Semua berubah ketika Pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia.

“Anak saya Rakhi, sehari-hari kan desain interior, mau tidak mau harus berdiam di rumah karena lockdown, terus iseng jual anggrek yang kecil-kecil, eh kok hasilnya menggembirakan,” ujar Fathoni.

BERITA REKOMENDASI

Menjenamakan diri sebagai AKM (Agro Karya Mandiri) Orchid, kolaborasi bapak-anak ini mulai berkembang di tengah Pandemi Covid-19.

Anggrek Dendrobium dipasarkan Rakhi melalui media sosial Facebook dan Instagram.

“Awal-awal ke grup-grup anggrek, respon pasar positif, jadi lanjut terus,” kata putra Fathoni, Rakhi Pradhana.

Hobi sang ayah yang mengoleksi dan memperbanyak anggrek secara mandiri kemudian ia teruskan dengan mencari ilmu tentang anggrek lebih dalam.

“Saya kemudian nyambi baca-baca dan cari ilmu soal anggrek, jadi penjualan di medsos bisa lebih optimal, saya lebih budidaya ke bisnis sih, kalau pengetahuan soal anggrek lebih expert ayah,” kata Rakhi.


Fathoni-Rakhi kemudian berfokus pada pengembangan Anggrek Dendrobium karena cocok dikembangkan di daerah Muntilan yang berketinggian 350an meter dari permukaan laut.

“Kalau Anggrek Bulan cocoknya di daerah yang tinggi, misalnya di Tawangmangu, dan Dendrobium relatif lebih mudah perawatannya dibandingkan Anggrek Bulan,” terang Fathoni.

Bisnis anggrek kemudian diseriusi oleh bapak-anak ini dengan membangun green house pertama di samping rumah dengan ukuran sekitar 10 meter persegi saja.

Pembesaran anggrek di green house pertama berjalan lancar sehingga pada pertengahan Pandemi Covid-19, keinginan untuk memperbesar usaha dengan membangun green house yang lebih besar muncul.

“ Pertengahan April 2020 ketika ingin bikin green house yang lebih besar, kami terkendala dana, lalu pinjam KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI,” kata Fathoni.

Pinjaman KUR BRI pertama sebesar 25 juta rupiah digunakan untuk mengoptimalkan green house pertama terlebih dahulu.

Tak berselang lama, pinjaman kedua senilai 100 juta rupiah digunakan untuk membangun green house kedua dengan ukuran 10 kali lipat.

AKM Orchid mekar di tengah pandemi

Beberapa koleksi AKM Orchid
Beberapa koleksi AKM Orchid (TribunSolo/Imam Saputro)

Perkembangan AKM Orchid setelah pembangunan green house kedua makin pesat.

Tren tanaman hias di tengah pandemi jadi momentum AKM Orchid melepas anggrek koleksinya ke pasar.

“Waktu pertengahan pandemi itu jualan di medsos juga sedang ramai-ramainya, dua minggu bisa jual seribuan batang baik yang bibit maupun yang sudah berbunga,” ujar Rakhi.

Rakhi memanfaatkan media sosial,  Facebook dan Instagram dengan tepat di tengah tren tanaman hias yang menguat saat Pandemi Covid-19.

“Setelah itu ramai Tiktok kami ya ikut, live sale di Tiktok juga kami lakukan, semua dicoba pokoknya,” kata dia.

Keunikan persilangan Dendrobium jadi andalan AKM Orchid dalam memasarkan produknya.

Menurut Rakhi, Dendrobium bisa mempunyai banyak jenis hasil persilangan dari berbagai indukan, sehingga pasar anggrek jenis ini sangatlah luas.

“Pas habis membangun green house pertama itu kan jualan di medsos bagus, kami lalu kerja sama dengan petani anggrek sekitar sini juga,” ujar Rakhi.

Sebelum masa Covid-19, Fathoni sudah jadi mentor budi daya anggrek bagi petani tanaman hias di sekitar rumahnya.

Fathoni juga aktif membagikan ilmunya di komunitas OrchidMu dibawah naungan Muhammadiyah.

“Nah sewaktu tengah pandemi itu, permintaan banyak banget, jadi petani sekitar sini dan binaan bapak juga ikut kecipratan, yang penting tanaman yang dijual lolos sesuai standar AKM,” kata Rakhi.

Penjualan melalui media sosial, kata Rakhi, bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia seperti Jawa Barat, Bali, Makassar hingga Aceh.

Bisa menjual ribuan batang anggrek per minggu dengan harga puluhan hingga ratusan ribu, maka AKM Orchid bisa mengubah hobi menjadi pengisi pundi-pundi rezeki, tak hanya bagi keluarga Fathoni namun juga petani sekitar.

“Omzet pas penjualan sedang bagus-bagusnya itu bisa ratusan juta per minggu,” ucap Rakhi.

Binaan BRI

AKM Orchid kemudian menjadi satu di antara UMKM binaan BRI yang mendapatkan banyak manfaat.

“Habis KUR pertama itu kami langsung jadi binaan BRI, sehingga akses permodalan lebih mudah,” terang Rakhi.

Selain itu, AKM Orchid juga sering diajak BRI untuk pameran di banyak tempat.

“Terakhir di Brilianpeneur 2023, dagangan kami ludes di beberapa jam pembukaan pameran,” ungkap Rakhi.

Pameran, ujar Rakhi, bisa memperluas pasar AKM Orchid dan menambah banyak kolega bisnis.

“Sekarang selain jual ke penghobi, kami juga jadi grosir untuk pedagang tanaman hias dari berbagai daerah, karena faktor pameran juga, jadi bisa dikenal banyak orang,” ungkap Rakhi.

Pembina Pusat Studi Kewirausahaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Eddy Tri Haryanto mengatakan kondisi UMKM saat Pandemi Covid-19 memang dituntut untuk kreatif dalam memasarkan produknyam, karena adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat)

“Bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti menggunakan jarkoman via Whatsapp , telegram atau menawarkan kepada rekan-rekan terdekat, atau ke media sosial yang tidak memiliki batasan ruang, bisa promosi ke luar negeri juga,” kata Eddy.

Dengan paksaan go online ini, kata Eddy, sudah banyak UMKM yang akhirnya menemukan celah dan malah bisa sukses di tengah Pandemi Covid-19.

“ Yang penting untuk diperhatikan menjaga sikap professional, karena transaksi yang dilakukan melalui media online tentu memerlukan sikap saling percaya dan jujur ​​antara penjual dan pembeli,” kata Eddy.

Eddy mengatakan dukungan pemerintah juga hadir melalui kebijakan terkait UMKM.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan beberapa kebijakan countercyclical melalui Peraturan OJK (POJK).

Peraturan OJK (POJK) Republik Indonesia Nomor 11/Pojk.03/2020 menyatakan bahwa bank akan menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran Covid-19, termasuk UMKM.

BRI dukung UMKM Indonesia tumbuh

Regional CEO RO BRI Yogyakarta, John Sarjono, menyatakan perseroan berkomitmen dengan pengembangan UMKM di Indonesia.

Ia menyebut, saat ini sekitar 70 persen nasabah BRI berasal dari sektor UMKM. 

Karenanya, BRI kian bersinergi dengan banyak pihak untuk fokus memajukan UMKM.

“UMKM harus naik kelas dan mandiri. Untuk mewujudkannya, BRI menyediakan kredit bunga ringan. Tapi, pembinaan UMKM tak cukup dengan pemberian kredit. Agar UMKM lebih maju, harus ada proses inklusi dan literasi guna meningkatkan kemampuan manajemen,” ujarnya.

Kredit disalurkan ke seluruh wilayah DIY, Karesidenan Banyumas, Kedu, dan Solo Raya di 33 kantor cabang utama.

Adapun BRI RO Yogyakarta pada 2023 telah menyalurkan KUR ke Sektor Perdagangan 42,2 persen , Sektor Jasa (23,6 persen), Sektor Pertanian (21,0 persen), Sektor Industri Pengolahan (11,7 persen), dan Sektor Perikanan (1,6 persen).

Dalam menyaluran KUR, BRI menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi usaha debitur.

" Disesuaikan dengan kebutuhan, kalau dinilai sudah bisa pinjam 100 juta untuk pengembangan usaha ya tentu akan dikabulkan, pada intinya kami menyesuaikan dengan kebutuhan dari debitur, dan kami mendorong agar UMKM agar naik kelas," kata John Sarjono.

BRI RO Yogyakarta selalu berkomitmen untuk mendukung program pemerintah salah satunya, penyaluran kredit KUR.

Pada tahun 2023 BRI telah menyalurkan Kredit KUR sebanyak Rp 18,45 Triliun dengan total 432.452 Debitur.

KUR Mikro sebanyak Rp 16,46 Triliun dengan total 424.919 debitur dan KUR Kecil sebanyak Rp 1,98 Triliun dengan total 7.533 debitur.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas