Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tegas Akhiri Utang Warga ke Rentenir, BUMDes Karya Manunggal Keditan Wujudkan Desa Berdaya 

"Orang kalau pikirannya ayem (tenang) mau tani, mau ternak, mau dagang kan enak, mereka tidak harus dikejar-kejar penagih utang tiap minggu," kata dia

Penulis: Imam Saputro
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Tegas Akhiri Utang Warga ke Rentenir, BUMDes Karya Manunggal Keditan Wujudkan Desa Berdaya 
TribunSolo/Imam Saputro
Direktur BUMDes Karya Manunggal, Anggi (kanan) tengah melayani transaksi keuangan di kantor BUMDes di Kantor Pemerintah Desa Keditan. 

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Pertengahan tahun 2017, Kepala Desa Keditan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Karyadi, mengumpulkan belasan orang penagih utang dari Bank Titil (rentenir) yang biasa beroperasi di Desa Keditan di balai desa.

Ia meminta kepada para penagih utang itu untuk setop menagih utang yang berbunga besar ke warganya.

“Sekarang data warga yang masih punya utang dikumpulkan, pokok hutang saya bayar, setelah itu setop nagih ke warga saya,” ucap Karyadi tegas.

Dari belasan penagih utang tersebut, Karyadi mengakui ada beberapa orang yang enggan piutangnya dilunasi.

“Tapi saya tegas saja, yang penting pokok utangnya saya bayar, bunga yang tidak rasional itu tidak saya bayar, akhirnya si bank titil itu mau juga,” cerita Karyadi kepada Tribunnews.com, Sabtu 30 Maret 2024.

Setelah kejadian itu, Pemerintah Desa Keditan dengan tegas juga melarang rentenir untuk melakukan pinjaman di wilayah Desa Keditan.

Seorang warga Keditan, Sri (bukan nama sebenarnya), menceritakan ia terjerat pinjaman rentenir dengan total mencapai 26 juta rupiah pada 2017 silam.

Berita Rekomendasi

Sejatinya, Sri hanya meminjam 1 juta rupiah untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, jumlah itu membengkak hingga 26 juta ketika ia tidak bisa membayar tepat waktu setiap minggunya.

“Kasus Mbok Sri ini gali lubang tutup lubang, pinjam di Bank A belum bisa bayar, kena denda dan bunga, lalu untuk nutup pinjam ke Bank B, begitu seterusnya, warga saya yang kasihan,” beber Karyadi.

Karyadi menambahkan kasus yang dialami Sri tersebut jamak terjadi di wilayahnya.

“Kalau melihat kecenderungannya mereka itu ada jaringannya, jadi Bank titil A punya teman Bank B, kalau di A tidak bisa bayar, diimingi ke Bank B, tidak bisa bayar lagi ke Bank C, akhirnya ya numpuk 26 juta itu tadi,” tambah Karyadi.

Langkah tegas yang diambil Karyadi itu bertujuan untuk menolong puluhan warganya yang terjerat rentenir.

“Skemanya lewat BUMDes, jadi BUMDes yang melunasi utang para warga terlebih dahulu, lalu warga mengangsur ke BUMDes kami,” ujar Karyadi.

BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Karya Manunggal, Desa Keditan yang mengambil alih utang warga itu menggunakan sebagian penyertaan modal dari dana desa.

“Penyertaan Dana Desa awalnya 50-an juta rupiah, itu yang kami pakai untuk nolong warga, warga kemudian mengangsur ke BUMDes,” kata Direktur BUMDes Karya Manunggal, Anggita Sari Wijiastuti.

Meski baru berusia 2 tahun di tahun 2017, langkah berani yang dilakukan Pemerintah Desa Keditan melalui BUMDes Karya Manunggal ini bisa berdampak besar ke warga desa.

“Orang kalau pikirannya ayem (tenang) mau tani, mau ternak, mau dagang kan enak, mereka tidak harus dikejar-kejar penagih utang tiap minggu,” kata Karyadi.

“Ujung-ujungnya kan bisa ke kesejahteraan warga kami,” tambahnya.

Hampir 5 tahun berlalu, utang warga di BUMDes yang berkaitan rentenir diakui Karyadi sudah lunas.

“Sekarang ya simpan pinjam biasa, yang penting kalau ada butuh uang warga larinya jangan ke rentenir lagi, mesakne (kasihan) bunga di rentenir sangat menyengsarakan,” kata Karyadi.

BUMDes Karya Manunggal tetap menggunakan sistem bunga untuk simpan pinjam, tetapi dengan nilai yang sangat kecil.

“Bunganya hanya 1 persen per bulan, itupun dengan toleransi yang sangat tinggi, kan ke warga sendiri,” ungkap Direktur BUMDes Karya Manunggal yang akrab disapa Anggi ini.

BUMDes, kata Anggi, menyadari warga Desa Keditan mayoritas berprofesi menjadi petani, sehingga keuangan tergantung pada masa panen.

“Kami tetap minta jaminan, jadi biasanya setelah panen baru nyicil itu tidak masalah, kadang bisa sekalian lunas kalau pas panen bagus,” ujar Anggi.

Anggi menyatakan dari modal awal 50 juta untuk simpan pinjam, kini pada 2024 sudah berkembang total di angka 500-an juta rupiah.

“Kalau pinjaman yang angkanya besar, kami arahkan ke KUR BRI, karena kami kan binaan BRI karena masuk di Desa BRILiaN,” kata dia.

Selain simpan pinjam, BUMDes Karya Manunggal Desa Keditan juga memiliki lini usaha lain yakni pariwisata di Kampoeng Pinus, Keditan.

Kampoeng Pinus Keditan adalah hutan pinus milik Perhutani yang dimanfaatkan warga sebagai tempat pariwisata berkonsep alam.

“Di Kampoeng Pinus disediakan home stay, atau camping premium, bisa juga yang tidak menginap bisa untuk outbond seharian,” kata Anggi.

Kolaborasi dengan warga Desa Keditan juga dilakukan di Kampoeng Pinus.

“Selain ada yang jualan makanan dan kerajinan khas Keditan, kami juga ada paket untuk hidup di desa selama sehari, itu biasanya wisatawan kami “titipkan” ke salah satu rumah warga, nanti ada bagi hasilnya,” kata Anggi.

Dua lini usaha BUMDes Karya Manunggal yang melibatkan warga Desa Keditan di empat dusun ini kini sudah menyumbang Pendapatan Asli Desa (PAD) dengan nilai yang bisa diandalkan.

“Kami membantu warga, baik di simpan pinjam atau di Kampoeng Pinus, nanti hasilnya juga kembali ke desa yang ujungnya ke warga juga,” kata Kepala Desa Keditan, Karyadi.

Karyadi mengakui warga bisa mudah diajak kolaborasi untuk membangun desa tak terlepas dari kejadian di 2017.

“Dulu sudah ditolong, sekarang ayo bareng-bareng mbangun desa, warga langsung mau,” kata Karyadi.

Kegiatan positif BUMDes Karya Manunggal Desa Keditan ini juga menjadi salah satu faktor utama Desa Keditan bisa menjadi juara 2 Desa BRILiaN pada 2021 Batch ke 2. 

“Saya kira penghargaan jadi Desa BRILiaN itu karena masyarakat sini memang mau diajak maju, lewat program desa, program BUMDes, faktor lain seperti digitalisasi, inovasi itu kan ngikut, kalau warganya aktif, lainnya juga jalan,” kata Karyadi.

Resmi berdiri sejak 22 Juni tahun 2015, BUMDes Karya Manunggal kini sudah bisa memberikan layanan simpan pinjam, pengelolaan usaha pariwisata dan sudah bisa memberikan pemasukan bagi Desa Keditan.

“Ada alokasi dana dari SHU (Sisa Hasil Usaha) sebesar 10 persen yang kami salurkan ke warga yang berkebutuhan khusus setiap tahun,” tambah Direktur BUMDes Karya Manunggal, Anggi.

BRI berdayakan desa melalui Desa BRILiaN

Regional CEO BRI Yogyakarta, John Sarjono, dalam keterangan tertulisnya menyampaikan ada 320 Desa BRILiaN yang ada di wilayah Regional Office Yogyakarta.

John Sarjono mengatakan Desa BRILiaN merupakan program inkubasi desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul dan semangat kolaborasi.

“Pemberdayaan wilayah pedesaan menjadi isu yang perlu diperhatikan mengingat perkembangan desa di Indonesia relatif belum merata,” ujarnya.

BRI melakukan aksi pemberdayaan baik kepada individu pelaku usaha maupun pemberdayaan lembaga desa sejak melalui program Desa BRILiaN sejak tahun 2020. 

Desa-desa yang tergabung dalam program Desa BRILiaN diharapkan menjadi sumber inspirasi kemajuan desa yang dapat direplikasi ke desa-desa lainnya.

“Kami fokus mendampingi desa untuk mengasah potensi apapun yang ada di daerah tersebut, dengan tujuan tentu desa bisa berkembang lebih baik lagi,” kata dia.

Pendampingan yang dilakukan BRI juga dilakukan secara berkesinambungan.

“Desa-desa yang telah mengikuti Program Desa BRLIan akan masuk ke Program Deepening Desa BRILiaN, sehingga pendampingan kami lakukan terus menerus,” tutup John Sarjono.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas